Pacitan, NU Online
Zaman telah berubah. Memasuki era digital atau sering dikatakan era revolusi industri 4.0, maka harus banyak yang dilakukan, termasuk dalam dakwah. Nahdliyin atau warga NU diharapkan juga dapat berkontribusi pada penyebaran agama melalaui inovasi.
Penegasan tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) HA Helmy Faishal Zaini pada seminar nasional halaqah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Pesantren se-Indonesia. Kegiatan berlangsung di halaman Pondok Pesantren Tremas Kecamatan Arjosari Kabupaten Pacitan Jawa Timur, Senin (11/11). Acara mengambil tema eksistensi pesantren sebagai solusi perdamaian dunia.
"Memasuki era 4.0 menurut saya kita harus hadir di tengah masyarakat dengan melakukan inovasi-inovasi dalam berdakwah,” kata Helmy Faishal.
Dalam pandangannya, akan ketinggalan jika di era saat ini tidak memanfaatkan media sosial maupun teknologi untuk berdakwah maupun aktivitas yang lainnya. Oleh sebab itu, segala kemudahan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari revolusi industri 4.0 hendaknya dapat dimanfaatkan dengan optimal.
Secara khusus, dirinya meminta di Pondok Tremas ke depan ada pelatihan desain grafis maupun teknologi yang lain. Hal tersebut sebagai jawaban atas tantangan zaman yang terus berubah dan tentu saja membutuhkan keterampilan dan segala hal sehingga mampu memberikan sudut pandang baru dalam penyebaran kebaikan.
Selain itu Sekjend PBNU juga mengajak kepada peserta seminar sebagai kader-kader NU atau generasi yang unggul dapat menguasai pendidikan dan ekonomi guna mengembangkan Islam Ahlussunnah wal Jama’ah atau Aswaja.
"Saya mengajak kader-kader NU, khususnya kalangan muda yang memiliki keunggulan ini untuk juga menguasai pendidikan dan ekonomi,” katanya di hadapan peserta seminar.
Para santri yang sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dalam dunia pendidikan, harusnya dapat mewarnai perjalanan bangsa dengan muatan yang telah dimililki. Demikian pula hal tersebut hendaknya juga dilengkapi dengan keterampilan dan ekonomi.
Kontributor: Rojihan
Editor: Ibnu Nawawi