Nasional HARI PENDIDIKAN NASIONAL

Sekolah Didorong Tanamkan Wawasan Kebangsaan kepada Anak Didik

Rabu, 2 Mei 2018 | 04:30 WIB

Sekolah Didorong Tanamkan Wawasan Kebangsaan kepada Anak Didik

Ilustrasi (tempo.co)

Jakarta, NU Online
Di tengah ancaman dunia global yang kerap menimbulkan konflik antar-anak bangsa, institusi pendidikan atau sekolah didorong terus menanamkan wawasan kebangsaan kepada seluruh anak didiknya.

Hal itu mengemuka ketika Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Negeri Jakarta (IKA UNJ) Juri Ardiantoro menjelaskan krisis kebangsaan yang menimpa generasi muda dan pelajar.

“Krisis kebangsaan saat ini sedang menginggapi generasi muda dan pelajar,” tegas Juri Ardiantoro, Rabu (2/5) saat dikonfirmasi NU Online.

Ia memaparkan Survei Alvara Research Center 2018 yang menemukan ada sebagian milenial atau generasi kelahiran akhir 1980-an dan awal 1990-an, setuju pada konsep khilafah sebagai bentuk negara.

“Survei ini dilakukan terhadap 4.200 milenial yaitu 1.800 mahasiswa dan 2.400 pelajar SMA di Indonesia,” ungkapnya.

Mayoritas milenial, sambung Ketua PBNU ini, memang memilih Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara. Namun ada 17,8 persen mahasiswa dan 18,4 persen pelajar yang setuju khilafah sebagai bentuk negara ideal sebuah negara.

“Di tahun sebelumnya, survei BIN tahun 2017 memperoleh data bahwa 24 persen mahasiswa dan 23,3 persen pelajar SMA setuju dengan jihad untuk tegaknya negara Islam,” jelas Juri.

Angka-angka persentase pelajar dan mahasiswa, lanjutnya, memang sebagian kecil dari keseluruhan, tapi tidak boleh dibaca jumlah yang kecil. Sebab, paham anti-kebangsaan Indonesia telah berkembang sangat signifikan.

“Kita tidak ingin generasi Indonesia yang akan datang adalah generasi yang tidak memiliki kapasitas mumpuni untuk menyiapkan diri menghadapi berbagai perubahan yang cepat dan gagap dalam menjaga keutuhan bangsa Indonesia yang indah ini,” tutur Juri.

Menyambut peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei tahun ini, Ikatan Alumni Universitas Negeri Jakarta (IKA UNJ) yang menaungi sebagain besar alumni yang berkiprah di dunia pendidikan (guru) mendorong kesadaran publik untuk meresepon ancaman dunia pendidikan. (Fathoni)