Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengatakan, kunci sukses yang menjadikan NU tetap bertahan dan semakin besar adalah sikap keberagamaan yang moderat.
“Moderat itu pasti akan langgeng. Tidak eksklusif,” katanya kepada NU Online ketika ditanya terkait refleksi hari lahir NU ke-93 versi Masehi, di Gedung PBNU, Jakarta, Senin (29/1).
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqofah Ciganjur ini, sikap moderat NU adalah mampu menyelaraskan antara wahyu dan akal, antara wahyu dan budaya, antara wahyu dan tradisi, antara wahyu dan kehidupan kita sehari-hari.
“Kalau wahyu saja, jumud (mandek) minimal. Kalau akal saja, budaya saja, nanti akan kering, sekuler, liberal, liar, atau abangan,” jelasnya.
NU menjelang seabad, lanjut Kiai Said, telah berkontribusi untuk negara. Terutama dalam menjaga ideologi. Pengurus NU dari tingkat pusat sampai ke desa-desa tidak ragu dalam empat pilar yaitu Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan Undang-Undang Dsar 1945.
“Kiai NU, kiai pesantren, kiai ranting, kiai mushala, semua, sudah paham itu semua. Walaupun tidak bisa menjabarkan apa nasionalisme, apa itu Pancasila, tapi semua punya kekuatan, prinsip bahwa Indonesia, Pancasila Undang-Undang Dasar 45, sudah final. Kiai kampung pun semua begitu,” bebernya.
Lebih lanjut, kiai asal Cirebon ini menerangkan di masa kepemimpinannya, telah banyak yang dilakukan, terutama dalam bidang pendidikan, kesehatan dan peran internasional.
“Banyak sekali yang sudah kita hasilkan, banyak juga yang belum kita hasilkan. Pada periode kepengurusan saya sudah 31 perguruan tinggi NU, 6 rumah sakit di bawah NU, adanya Hari Santri, adanya tema Islam Nusantara yang sudah mendunia, yang mana saya berpidato di luar negeri tentang Islam Nusantara,” katanya.
Kiai Said mengaku menyampaikan gagasan Isalam Nusantara di Amerika sebanyak dua kali, kemudian di Hong Kong, Taiwan, China, Korea Selatan, Jepang, Mesir, dan negara-negara lain. Buah dari pidatanyo, kalangan luar semakin kenal NU dan ada yang tertarik memeluk Islam. (Abdullah Alawi)