Terima Penghargaan Bung Karno, Megawati Cerita saat Terima Tamu dari NU
Rabu, 1 Februari 2023 | 10:35 WIB
Megawati Soekarnoputri putri menerima penghargaan dari PBNU yang dianugerahkan kepada bapaknya, Presiden Soekarno di Teater Tanah Airku, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Selasa (31/1/2023). (Foto: NU Online/Suwitno)
Muhammad Syakir NF
Penulis
Jakarta, NU Online
Bapak Proklamator Indonesia Soekarno mendapatkan penghargaan kategori nasional sebagai tokoh bangsa dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf kepada Megawati Soekarnoputri pada Malam Anugerah Satu Abad NU di Teater Tanah Airku, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Selasa (31/1/2023).
Dalam sambutannya, Megawati menceritakan masa kecilnya saat menerima tamu dari kalangan NU.
Sebagai putri Bung Karno dan Fatmawati, ia mengaku diajarkan kesopanan dalam setiap tingkah lakunya, tak terkecuali perihal berpakaian.
"Saya diajari sopan santun dalam berpakaian. Selalu ada tamu harus rapi," katanya.
Baca Juga
Muktamar NU Ke-23 dan Pengakuan Soekarno
Suatu ketika, datang serombongan orang berpeci, berbaju koko, dan bersarung, serta bersandal. Mereka hendak bertemu ayahnya. "Datang sebuah rombongan berpakaian peci, memakai baju koko, memakai sarung. Lalu, saya pemerhati pakaian, memakai sandal," katanya.
Di usianya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Megawati protes kepada ayahnya mengingat tamu tersebut dalam budaya sopan santun yang diajarkan kepadanya tidak sesuai karena tidak mengenakan sepatu, melainkan sandal.
"Saya bisik-bisik. Katanya kalau mau terima tamu mesti rapi, itu tamu bapak tidak pakai sepatu," ceritanya.
"Saya langsung disuruh diam. Kamu keluar dulu. Setelah keluar, saya tagih," lanjut Presiden Kelima Republik Indonesia itu.
Usai menerima tamu itu, Bung Karno mengingatkan agar tidak perlu bilang demikian. Sebab, hal tersebut juga bisa mengarah ke tidak sopan jika sampai terdengar orangnya.
"Ketika selesai menerima tamu tersebut, beliau bilang, jangan bilang begitu, nanti kedengarannya tidak sopan," kata Megawati menirukan pembicaraan Bung Karno kepadanya.
Bung Karno menyebut rombongan tersebut sebagai sosok-sosok pejuang. Mendengar kata pejuang, Megawati bertanya-tanya, "Pejuang apa?".
"Itu dari kalangan NU," kata Sukarno.
"Saya mana ngerti NU tuh apa. Jadi, kalau melihat dari dulu tamu yang tidak bersepatu itu hahahaha sudah pasti orang dari kalangan NU," katanya yang langsung disambut gelak tawa hadirin.
Megawati juga bercerita kesamaan warga NU dan partai yang dipimpinnya. Suatu ketika, ia bertemu dengan Gus Dur dalam sebuah kesempatan jauh sebelum keduanya menjadi sepasang presiden dan wakil presiden.
Gus Dur bercerita tentang kesamaan keduanya, sama dalam suatu kesalahan yang lucu. Kader partai Megawati bercerita bahwa sambutan kedatangannya sangat 'siteris'. Ternyata, kata Megawati, yang dimaksud 'siteris' adalah histeris.
Sementara Gus Dur bercerita soal pengurus NU yang hendak memohon bantuan dana untuk pemasangan 'eternit'. Namun, ketika Gus Dur datang ke sana, eternit itu sudah terpasang. Ternyata, yang dimaksud orang tersebut adalah internet.
Kisah tersebut langsung disambut gelak tawa seluruh orang yang memenuhi Teater Tanah Airku.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Syamsul Arifin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua