Tradisi Santri Kerja Bakti Ikut Bangun Pesantren, Begini Kata Gus Yahya
NU Online · Jumat, 10 Oktober 2025 | 17:30 WIB
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf di kantor PBNU, Jumat (10/10/2025). (Foto: NU Online/Fathoni)
Suci Amaliyah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Tradisi santri melakukan kerja bakti (roan) membantu proses pembangunan di pesantren menjadi sorotan publik setelah bangunan mushala tiga lantai di asrama putra Pondok Pesantren Al-Khoziny Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, ambruk pada Senin sore (29/9/2025).
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menegaskan, keterlibatan santri dalam kegiatan pembangunan pesantren bukan bentuk eksploitasi. Karena santri hanya bersifat membantu, pekerjaan utama dalam membangun tetap dilakukan tukang. Menurutnya, tradisi tersebut merupakan salah satu bagian dari proses edukasi gotong royong di pondok pesantren.
“Santri itu punya tiga hal utama, yaitu tholabul ilmi, tazkiyatun nafs, dan jihad fi sabilillah. Jadi, kegiatan di pesantren bukan hanya belajar untuk mengisi otak dengan pengetahuan, tetapi juga melatih diri dalam berkhidmat, membersihkan jiwa, serta memberikan pelayanan dengan niat yang tulus,” ujar Gus Yahya.
Menurutnya, kerja bakti di lingkungan pesantren sama halnya dengan gotong royong di masyarakat saat membangun sebuah bangunan.
“Kalau kerja bakti, ya sama saja seperti di kampung, bersih-bersih got itu juga kerja bakti. Masa dianggap mempekerjakan orang kampung?” katanya usai kegiatan kick off Hari Santri di Gedung PBNU, Kramat, Jakarta Pusat, Jumat (10/10/2025).
Menurut Gus Yahya, kegiatan membangun gedung di pesantren dilakukan untuk kepentingan para santri sendiri, misalnya pembangunan madrasah atau asrama yang akan mereka gunakan.
“Membuat gedung untuk madrasah itu untuk kegiatan belajar mereka. Membangun kamar-kamar juga untuk tempat tinggal mereka sendiri. Jadi, ini soal tradisi pesantren, bukan soal mempekerjakan santri,” jelasnya.
Ia menegaskan, pesantren bukanlah badan usaha yang mencari keuntungan, melainkan lembaga pengabdian (khidmah) non-profit yang dijalankan dengan ikhlas untuk memberi kesempatan belajar bagi anak-anak.
“Justru hal itu menjadi contoh bagaimana kita menghadapi masa dan tantangan bersama dengan bersatu dan bekerja sama,” pungkasnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU Hadir Silaturahim di Tebuireng
6
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
Terkini
Lihat Semua