Nasional PERGURUAN TINGGI NU

Unhasy Integrasikan Ilmu Agama-Umum

Rabu, 30 Oktober 2013 | 01:24 WIB

Jombang, NU Online
Universitas Hasyim Asy'ari (Unhasy) sebagai salah satu perguruan tinggi berbasis pesantren, di bawah naungan Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur, menekankan penguasaan ilmu agama disamping penguasaan ilmu non-agama. Integrasi kurikulum agama dan non-agama dilakukan untuk peningkatan kualitas mahasiswa.<>

Unhasy sebenarnya bukan nama perguruan tinggi baru di jajaran pendidikan tinggi di Indonesia. Sebagai perguruan tinggi berbasis pesantren, Unhasy secara resmi menyelenggarakan pendidikan bagi para calon sarjana sejak 22 Juni 1967.

Pada 1 September 1988, perguruan tinggi yang didirikan oleh KH Yusuf Hasyim, pengasuh Pesantren Tebuireng, berubah menjadi Institut Keislaman Hasyim Asy'ari (Ikaha). Perubahan dari Unhasy menjadi Ikaha dilatar belakangi oleh Surat Keputusan Menteri Agama RI, Nomor 3 Tahun 1987, tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (PTAIS).

Berdasarkan Keputusan Mendikbud RI Nomor: 278/E/O/2013, Unhasy resmi terlahir kembali. Perubahan dari Ikaha menjadi Unhasy seiring dengan turunnya Surat Keputuan (SK) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tentang berdirinya UNHASY dengan 15 program studi.

Kelahiran kembali Unhasy disambut dengan sejumlah langkah, salah satunya, integrasi kurikulum agama dengan kurikulum non-agama di Program Studi (Prodi) agama, serta melakukan integrasi kurikulum non-agama dengan kurikulum agama di prodi non-agama.

Integrasi kurikulum tersebut, menurut Rektor Unhasy, Dr. H.C. Ir. KH Salahudin Wahid (Gus Sholah), dilakukan untuk peningkatan kualitas mahasiswa sehingga nantinya tidak canggung saat terjun di masyarakat. Cita-cita besar yang diusung perguruan tinggi dibawah naungan Pesantren Tebuireng ini adalah mencetak agamawan yang ilmuwan, dan ilmuwan yang agamawan.

Gus Sholah mengungkapkan, tuntutan masyarakat terhadap alumni perguruan tinggi berbasis pesantren demikian tinggi. Sehingga, Unhasy perlu mempersiapkan alumninya agar siap menjawab tuntutan masyarakat.

"Masyarakat sudah mengakui eksistensi dan kebesaran Pesantren Tebuireng, sehingga bila dalam masyarakat ada alumni Unhasy berarti selalu dianggap identik dengan alumni Pesantren Tebuireng. Artinya, alumni tersebut pasti menguasai ilmu agama serta akan selalu ditokohkan dalam masyarakat sekitarnya," ujarnya.

Hadirnya Unhasy di lingkungan Pesantren Tebuireng diharapkan mampu menjembatani kebutuhan pendidikan tingkat perguruan tinggi di daerah. Merujuk pada temuan Prof Zamakhsyari Dhofier, masyarakat pedalaman yang berusia kuliah yang mampu melanjutkan ke pendidikan tinggi hanya sekitar 6%. Untuk pergi kuliah ke kota besar seperti Surabaya atau Malang, biayanya terlalu besar. Disamping itu jumlah bangku kuliah yang tersedia juga tidak mencukupi.

Gus Sholah, mantan anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) ini berharap, Unhasy bisa berkembang dengan baik sehingga bisa diperoleh sejumlah manfaat, diantaranya, daya saing usia produktif meningkat dan mengurangi kesenjangan antara kota besar dan daerah pedalaman.

Selain itu, kehadiran UNHASY diharapkan bisa mengurangi urbanisasi yang terjadi karena tingginya disparitas pendidikan antara kota besar dan daerah pedalaman. "Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh, diantaranya potensi meredam radikalisme agama," jelas KH. Salahuddin Wahid. (Syaifullah/Anam)