Nasional

Waketum PBNU Kisahkan Kesederhanaan KH Sahal Mahfudh, Pernah Disetop Banser Masuk Acara NU

Rabu, 24 Januari 2024 | 21:00 WIB

Waketum PBNU Kisahkan Kesederhanaan KH Sahal Mahfudh, Pernah Disetop Banser Masuk Acara NU

KH Muhammad Ahmad Sahal Mahfudh. (Foto: dok. istimewa)

Jakarta, NU Online

KH Muhammad Ahmad Sahal Mahfudh merupakan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang dikenal sederhana. Salah satu cerita kesederhanaan KH Sahal Mahfudh yang terkenal yaitu ketika Kiai Sahal menjabat sebagai Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Saat itu Kiai Sahal akan menghadiri acara resmi NU, Kiai Sahal dicegat anggota Banser di pintu masuk dan ditanya apakah tamu atau tidak. 


Lalu Kiai Sahal menyebut namanya, 'Saya Sahal' tanpa disertai jabatan. Kemudian anggota Banser tersebut tanya lagi apakah ada kartu pengenal. Sesuai aturan maka jika tidak bawa kartu pengenal dilarang masuk. Maka Kiai Sahal saat itu tidak masuk ke forum. Padahal saat itu acara belum mulai karena menunggu Kiai Sahal. 


Beberapa panitia berinisiatif mencari informasi tentang Kiai Sahal, dijawab oleh penjaga dari Banser jika tadi ada yang namanya Sahal mau masuk, tapi tidak bawa kartu sehingga tidak jadi masuk.


"Kisah ini sangat terkenal, kalau dalam hadits disebut mutawatir," jelas Wakil Ketua Umum PBNU KH Zulfa Mustofa dalam Podcast Swara NU, Jumat (19/1/2024).


Kiai Zulfa yang pernah belajar langsung ke Kiai Sahal ini menambahkan, kisah Rais Aam yang gagal masuk di acara resmi NU tersebut tidak hanya terkenal di kalangan santri dan Nahdliyin saja. Namun, juga terkenal di kalangan masyarakat bawah.


"Bukan saja pada forum NU. Di pengajian kampung juga sering diceritakan. Saya sering mendengar cerita ini, termasuk saat di Jombang," katanya.


Menurut Kiai Zulfa, selama belajar di Kajen, Pati, ia jarang melihat KH Sahal Mahfudh menggunakan serban atau baju yang menunjukkan tokoh besar. Hanya ketika shalat Jumat pakai serban dan peci putih. 


"Jadi pakaian sehari-harinya standar, pakai peci biasa, baju biasa. Kesederhanaan dan bersahajanya Kiai Sahal sangat terkenal," imbuh Kiai Zulfa.


Dikatakan Kiai Zulfa, ketika Kiai Sahal masih hidup, untuk melihat kesederhanaan dan bersahajanya bukan hal sulit. Karena bisa dilihat dari tempat tinggalnya serta pakaian yang dipakai sehari-hari.


Kiai Sahal juga sangat berwibawa. Sosoknya sedikit bicara, tapi sangat menginspirasi. Semua santri Kajen ingin menjadi seperti Kiai Sahal yang santri, intelektual, alim dan efektif ketika bicara. Tetap ada guyonan dari KH Sahal saat di kelas dan ngaji ala Kiai NU.


"Kesederhanaannya juga bisa dilihat dari rumah tempat tinggal sehari-hari dan kendaraan. Hal ini juga yang membuat guru-guru di Kajen tidak berani beli mobil lebih mewah dari Kiai Sahal," ungkap Kiai Zulfa.