Semarang, NU Online
Suasana mendung di langit Semarang mengiringi perjalanan jenazah almarhumah Nyai Hj Hikmah Shodaqoh ibunda Rais PWNU Jateng KH Ubaidullah Shodaqoh dari serambi masjid Baitul Latif di komplek Pesantren Al-Itqon, Bugen, Semarang menuju maqbaroh di belakang masjid, Senin (1/6) pagi.
Prosesi pemakaman almarhumah sesepuh pesantren Al Itqon dalam usia 90 tahun itu diawali dengan shalat jenazah yang dilakukan hingga 15 gelombang, dilanjutkan dengan pembacaan kalimah thayyibah, tahlil, dan doa maghfiroh dipimpin Pengasuh Pesantren Al-Itqon KH Haris Shodaqoh.
Saat melepas pemberangkatan jenazah menuju maqbaroh, Kiai Haris yang mewakili Shahibul musibah mengatakan, almarhumah adalah keturunan KH Abdur Rosyid terakhir yang dipanggil menghadap Allah SWT menyusul enam saudaranya yang sudah mendahuluinya beberapa tahun lalu.
"Nyai Hikmah bersama Kiai Shodaqoh dikaruniai 14 anak, dua di antaranya meninggal sebelum menginjak usia dewasa. Selebihnya dari 12 orang yang masih hidup hanya tiga orang yang tinggal di Bugen dan melanjutkan pengelolaan pondok yang didirikan Mbah Rosyid ini," kata Kiai Haris.
Dikatakan, yang masih tinggal di Bugen selain dirinya juga dua adiknya yakni KH Ubaidullah (Rais PWNU Jateng), dan KH Sholahudin (Wakil Rais PCNU Kota Semarang).
"Sedangkan sembilan lainnya menyebar ke berbagai daerah. Jumlah cucu 75 orang dan puluhan buyut atau cicit," jelasnya.
Rais PWNU Jateng KH Ubaidullah Shodaqoh mengatakan, anak cucu Nyai Hikmah dan seluruh kerabat keluarga Mbah Abdur Rosyid memiliki kesan dan kenangan yang mendalam terhadap almarhumah yang diberi usia panjang itu, sering dimarahi tetapi merasa dekat, tidak bosan untuk sowan kepadanya.
"Ibu kalau ngendiko pelan tapi tegas dan terkesan galak. Sejatinya sangat humanis dan sayang kepada siapa saja yang silaturahim atau sowan kepadanya," katanya.
Kiai Aunur Rofiq dari Demak salah satu keponakan almarhumah mengatakan, dulu ketika dirinya masih anak-anak dan remaja jika berjumpa dengan almarhumah selalu yang ditanyakan ngajinya sampai di mana selain khabar tentang kesehatan keluarga.
"Ketika dewasa, Mak Hik menanyakan sempat mulang ngaji atau tidak, pertanyaan ini juga disampaikan kepada keponakan lain bahkan cucu-cucunya, Kalau sampai tidak ngaji atau tidak mulang ngaji kena marah. Bagi saya ini satu ajaran supaya selama hidup jangan berhenti ngaji dan selalu berupaya menjadi orang Sholeh," katanya.
Politisi NU dan juga Anggota DPRD Jateng, H Masruhan Samsurie sangat terkesan dengan petuah almarhumah, saat silaturahmi ke pondok dan sowan kepada nyai Hikmah selalu mendapat nasehat yang menyejukkan.
"Selain nasehat yang saya minta selalu diberi, tidak ketinggalan beliau selalu mendoakan agar keluarga sakinah, anak-anak tetap shaleh dan diberi kekuatan untuk tetap bisa berjuang apapun posisinya," ujarnya.
Prosesi pemakaman selain dihadiri ratusan nahdliyin, para santri Pondok Al-Itqon juga dihadiri Ketua PWNU Jateng HM Muzammil bersama pengurus wilayah lainnya, pengurus cabang NU se-Jateng, Wagub Jateng KH Taj Yasin Maimoen, Pj Kepala Kanwil Kemenag Jateng, H Ahyani, mantan Wali Kota Semarang, Sumarmo, dan sejumkah politisi NU lintas parpol.
Kontributor: Samsul Huda
Editor: Abdul Muiz