Parlemen

Anggota Komisi III DPR: Keluarga Berperan Penting Tanamkan Nilai Moderat

Kamis, 3 Desember 2020 | 09:00 WIB

Anggota Komisi III DPR: Keluarga Berperan Penting Tanamkan Nilai Moderat

Anggota Komisi III DPR RI Cucun Ahmad Sjamsurijal. (Foto: dpr.go.id)

Jakarta, NU Online

Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Cucun Ahmad Sjamsurijal menilai keluarga memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai moderat dalam agama dan aktualisasinya. Hal ini ia sampaikan merespons aksi terorisme di Sigi, Sulawesi Tengah yang terjadi pada Jumat (27/11).


Ia menegaskan bahwa pemerintah harus menggandeng keluarga sebagai unit terkecil masyarakat untuk bersama-sama mengampanyekan moderatisme dalam beragama kepada generasi muda Indonesia sebagai pemegang tongkat estafet kemajuan bangsa di masa depan.


"Para radikalis selalu menyasar anak-anak muda untuk diracuni pemikirannya dengan bibit-bibit radikalisme, maka keluarga harus menjadi benteng pertama agar anak muda di Indonesia waspada terhadap bahaya pemikiran radikal utamanya yang mengatasnamakan agama," ujarnya pada Senin (30/11), sebagaimana dilansir situs web resmi DPR RI.


Tidak hanya keluarga, Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) itu juga mengharapkan kepada Pemerintah supaya dapat menjalin kerjasama dengan para pemangku kepentingan, tokoh masyarakat, pemuka agama, pemangku adat, para awak media, dalam mengampayekan sikap moderasi dalam beragama.


Dengan begitu, diharapkan masyarakat Indonesia dapat memiliki sikap dan pandangan yang tidak berlebihan, tidak ekstrem dan tidak radikal, memahami sekaligus mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang, agar terhindar dari perilaku kekerasan.


Kasus tersebut menunjukkan masih adanya bibit terorisme di Indonesia. Karenanya, Pemerintah harus terus bergerak dalam upaya memberantas terorisme sampai ke akar-akarnya tersebut.


Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa pemerintah harus bisa bergandeng tangan dengan pemuka agama, ormas, hingga lembaga-lembaga pendidikan berbasis agama untuk mengkampanyekan bahaya radikalisme.


"Radikalisme dan terorisme selalu berawal dari cara pandang intoleran yang biasanya muncul dari cara beragama yang sempit dan jumud. Oleh karena itu, perlu terus dilakukan kampanye perlunya moderasi cara beragama di tengah kehidupan masyarakat Indonesia yang memang secara sunnatullah beragam," jelas Wakil Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI itu.


Pewarta: Syakir NF

Editor: Fathoni Ahmad