Selama ini muncul kegelisahan yang meluas dikalangan masyarakat Dunia Ketiga, sebab imperislisme telah menjajah mereka sedemikian dalam, dari cara berpikir hingga kesadaran. Sementara organisasi perlewanan seperti Non Blok sudah lama dilumpuhkan oleh kekuatan imperialis-kolonilais. Demikian konferensi Asia Afrika yang merupakan tonggak melawan kolonialisme, sehingga menjadikan Benua Asia- Afrika sebagai gunung berapi yang bergolak melawan imperialisme. Tetapi sat itu lembaga itu hanya menjadi tempat bernostalgia, lembaga untuk bertukar kartu nama sesama anggota, sehingga telah kehilangan spirit awalnya untuk membela rakyat terjajah.
Di tengah kegelisahan yang mendalam itu tiba-tiba muncu lgerakan pembebasan Dunia ketiga yang disponsori oleh aliansi negara Amerika Latin dengan negara-negara Arab untuk melawan imperialisme saat ini. Ini sungguh langkah spektakuler, kalau selama hanya dilakukan secara sendiri-sendiri, baik oleh Muammar Qadafi, Saddam Hussein, atau oleh Castro dan Hugo Chavez. Kini tiba-tiba Presiden Luis Inacio Lula dan Silva dari Brazil sebagai Tuian Rumah berteriak begitu lanatang untuk melawan penjajahan, sehingga gemanya menggetarkan seluruh dunia Ketiga.
<>Apa yang diharap dari gerakan tersebut oleh rakyat Dunia ketiga tidak lain adalah adanya tatanan dunia yang adil, tidak hegemonic, tidak monopolis, tidak represif. Selama ini rakyat dunia ketika mendapatkan perlakuaan diskriminatif baik dalam politik maupun perdaganagan. Dalam bidang perdagangan mereka selalu dikenakan berbagai persyaratan dan tariffserta quota, sementara negara kapitalis dengan enaknya melangar seluruh tata negara dunia ketiga dengan cara mengintervensi dan mengeksploitasi atau dengan cara meminjami, paksi atau menjual paksa, sehingga rakyat dunia keiga tidak diberi kesempatan memilih.
Adanya system politik tunggal yang dipaksakan yakni system demokrasi liberal, sebenarnya tidak lebih sebagai jembatan bagi imperialis untuk menginfiltrasi negara dunia ketiga dengan berbagai kepentingan yang imperialistic dengan modus demokrasi. Dengan alasan demokrasi semua negara bisa diserang dengan alasan despotic, tiranik melanggar hak asasi manusia, yang kemudian dicap sebagai teroris. Bila stigma itu diterapkan maka segala kekejaman dan kekerasan bisa dilakukan terhadap bangsa manapun. Akhirnya demi demokrasi dan hak asasi manusia yang palsu, kekejaman dan pertumpahan darah dilakukan yang katanya demi demokrasi, padahal demi sesuap roti atau demi seteguk minyak yang selalu menjadi sasaran imperialis.
Bahkan lebih celaka lagi demokrasi dipaksakan dengan cara menghancurkan peradaban yang tumbuh selama ribuan tahun seperti yang terjadi di Irak dan Afghanistan belakangan ini. Ratusan tahun yang lalu para kolonial, melakukan hal serupa, berbagai kerajan di dunia ketiga dihancurkan beserta seluruh rakyat dan peradaban yang sudah dibangun, lalu diganti dengan system kolonial yang dibangun. Dengan acara itu pemerintahan kolonial , sekolah kolonial, lembaga kebudayaan dan ilmu pengetahuan kolonial dibangun, maka muncullah mental rakyat terjajah.
Lahirnya tokoh besar seperti Gandi, Soekarno, Ali Jinnah, Abdel Naser, Nkrumah, Unu, Jose Rizal dan lain sebagainya adalah muncul sebagai sosok penyadar, yang menyadarkan rakyat akan situasi terjajah. Mereka dibangkitkan hargadirinya, hak-haknya, diajari melawan terhadap setiap ketidakadilan, dengan cara sekecil apapun. Dari situ kemudian muncul gerakan kemerdekaan, yang diawali dengan munculnya gerakan kesadaran nasional. Rupanya gerakan aliansi Arab-Latin itu juga baru pada taraf penyadaran. Tetapi dengan ditopang kekuasaan, kesadaran tersebut akan lebih cepat menyebar, termasuk ke negara lain yang selama ini masih lelap dalam belenggu penjajahan seperti Indonesia. Bravo Aliansi Arab-Latin. (Munim DZ)***
Terpopuler
1
Ketum PBNU dan Kepala BGN akan Tanda Tangani Nota Kesepahaman soal MBG pada 31 Januari 2025
2
Khutbah Jumat: Jagalah Shalat, Maka Allah Akan Menjagamu
3
Ansor University Jatim Gelar Bimbingan Beasiswa LPDP S2 dan S3, Ini Link Pendaftarannya
4
Paduan Suara Yayasan Pendidikan Almaarif Singosari Malang Meriahkan Kongres Pendidikan NU 2025
5
Khutbah Jumat: Mengenal Baitul Ma’mur dan Hikmah Terbesar Isra’ dan Mi’raj
6
Kongres Pendidikan NU 2025 Akan Dihadiri 5 Menteri, Ada Anugerah Pendidikan NU
Terkini
Lihat Semua