Risalah Redaksi

Melayani Umat dengan Aksi Nyata

Ahad, 7 Juli 2019 | 12:45 WIB

NU Jatim Award 2019 telah selesai digelar dan menempatkan PCNU Sidoarjo sebagai juara umum. Tentu ini sebuah kebanggaan bagi warga NU Sidoarjo bahwa sejumlah program dan perangkat organisasi NU yang berada di daerah tersebut menjadi yang paling bagus di Jawa Timur.  Ini merupakan hasil kerja keras dan kerja cerdas yang dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu. 

Kinerja sejumlah perangkat organisasi NU yang mendapatkan juara, yang bisa diartikan bahwa mereka menjadi yang terbaik menunjukkan bahwa mengelola organisasi NU tidak dapat dilakukan sambil lalu, tetapi harus dilakukan secara serius dan penuh dedikasi agar mencapai kinerja yang maksimal. Berorganisasi berarti menyatukan berbagai kapasitas berbeda-beda dari setiap orang agar mencapai hasil yang maksimal.

Berdakwah, tidak dapat dimaknai sekadar menjadi dai yang kemudian berceramah di panggung atau dari majelis ke majelis. Model dakwah seperti itu hanya salah satu dari sekian banyak jalan dakwah yang bisa dilakukan, di antaranya melalui aksi konkret. Progam-program nyata yang menyentuh masyarakat akan mampu menumbuhkan keterikatan masyarakat kepada NU. Bahwa keberadaan NU tidak hanya memberi nasihat terkait masalah agama, tetapi juga memberi solusi permasalahan sehari-hari. 

Contoh nyata adalah yang dilakukan oleh BMT (Baitul Mal wat Tamwil) NU Jatim yang mampu melepaskan banyak orang dari jeratan renternir.  Jika dakwah sekadar menyampaikan pesan di panggung bahwa riba itu haram, tetapi tidak member solusi nyata terhadap masalah yang dihadapi para pedagang kecil dari jeratan renternir, maka pesan-pesan tersebut tidak akan memberi banyak makna. Tetapi ketika diiringi dengan langkah nyata dari pengurus NU, maka pesan-pesan agama itu menjadi sesuatu yang bermakna yang mengubah perilaku masyarakat. 

Langkah PWNU Jatim untuk menggelar NU Award merupakan hal yang patut diapresiasi. Hal ini akan menumbuhkan semangat menjadi yang terbaik di antara cabang-cabang NU setempat. Tentu saja, penghargaan adalah sebuah bonus apresiasi dari sebuah kerja, bukan tujuan utama karena ketika kita mengabdi kepada NU, tujuan utamanya adalah melayani umat dengan baik. 

Dari capaian penghargaan ini, masyarakat akan tahu, PCNU mana saja yang memiliki kinerja baik dan tidak. Dari situ juga akan diketahui kerja-kerja dari kepengurusan di masing-masing daerah.  Sesungguhnya menjadi pengurus NU bukan cuma untuk gagah-gagahan, tetapi di dalamnya terdapat amanah pelayanan masyarakat yang besar. 

Kompetisi akan menumbuhkan kreativitas baru yang sebelumnya tidak muncul. Organisasi secara keseluruhan agar berpikir bagaimana menjadi yang terbaik daripada yang lain. Sebagai contoh, Ansor Lamongan menjadi juara tahun ini karena kreativitasnya dengan pengelolaan database administrasi berbasis online sehingga file digitalnya tidak akan hilang sebagaimana dokumen berbasis kertas.

Dakwah dengan aksi nyata sesungguhnya merujuk kepada keberhasilan dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah.  Beliau membela orang-orang tertindas yang dieksploitasi oleh elite setempat. Orang-orang pinggiran dari suku-suku di Arab berdatangan ke Madinah untuk mendapatkan pelayanan dan perlindungan dari Nabi Muhammad. Hal yang sama juga dilakukan para Wali Songo atau para pendiri Nahdlatul Ulama. Mereka melakukan sesuatu yang nyata kepada masyarakat dalam dakwahnya. 

Dengan model dakwah seperti ini, ajaran kelompok radikal atau ajaran menyinpang lainnya akan susah masuk ke daerah Jawa Timur karena masyarakat merasa dekat dan terlayani oleh Nahdlatul Ulama. Bahkan bagi sebagian orang, hal ini akan menggerakkan mereka untuk membantu memberdayakan NU sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki. Bantuan bisa dalam bentuk yang beragam, mulai dari kesediaan untuk menyempatkan diri menjadi pengurus NU, menyumbangkan sebagian harta untuk kegiatan NU, menjadi pendukung aktivitas-aktivitas NU, atau dukungan dalam bentuk lainnya. 

Yang lebih penting lagi adalah, bagaimana kesuksesan yang dicapai oleh para pemenang NU Jatim Award ini bisa direplikasi ke daerah lainnya. Ada kiat-kiat sukses yang bisa diterapkan sehingga daerah lain tidak perlu lagi mencari cara untuk berhasil dengan hanya berdasarkan pendekatan trial and error (coba dan gagal).  Upaya untuk belajar ini salah satunya telah dilakukan oleh PCNU Tasikmalaya yang melakukan studi banding ke Jatim untuk belajar menjadi lebih baik. Atau langkah yang dilakukan PCNU Banyuwangi yang belajar ke PCNU Jombang bagaimana mengelola lembaga dakwahnya 

Pemberian penghargaan dalam skala nasional mungkin layak untuk mulai dipikirkan. Ada banyak kreativitas dalam pengelolaan organisasi di berbagai kepengurusan NU di seluruh Indonesia yang selama ini hanya dikenal di daerahnya masing-masing karena belum terpublikasikan dan kisah suksesnya belum disebarkan. Jika ini digali dan disebarluaskan, maka dapat menjadi sarana belajar bagi daerah lainnya. 

Hal ini sekaligus untuk memetakan kondisi NU di masing-masing wilayah. Kondisi di Jawa Timur yang menjadi basis terbesar NU dengan infrastruktur organisasi yang sudah mapan tentu berbeda dengan situasi di Papua atau NTT di mana Muslim menjadi minoritas. Pemetaan ini untuk mengetahui potensi dan masalah yang muncul di masing-masing wilayah dan selanjutnya, kebijakan apa yang tepat serta dukungan seperti apa yang diperlukan bagi daerah tertentu. Pada akhirnya, semuanya tentu didedikasikan untuk melayani umat dengan lebih baik. (Achmad Mukafi Niam)