Pesantren sebagai bagian dari kawah pendidikan keagamaan menyimpan banyak tradisi lisan yang menarik untuk didokumentasikan dan diteliti.
Meski demikian, masa pandemi Covid-19 ini berdampak pada semua aspek, termasuk dalam hal upaya penelitian tradisi lisan untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan bangsa. Realitasnya, para peneliti mengalami kendala untuk melakukan wawancara dan pengamatan langsung. Oleh karena itu, perlu strategi khusus untuk menyiasati bagaimana penelitian tetap berlanjut sehingga peneliti tetap produktif, terlebih dalam penelitian tradisi lisan di pesantren.
Terkait hal ini, Ketua Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Indonesia, Dr Prudentia, pada acara webinar nasional bertajuk Tantangan dan Strategi Penelitian Lisan di Masa Pandemi yang diselenggarakan oleh Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ) berbagi trik bagaimana peneliti bisa produktif melakukan penelitian saat pandemi.
"Masa-masa seperti ini membuat kita harus mengubah strategi dari penelitian lapangan ke penelitian virtual. Perubahan ini memang harus menggunakan akses teknologi sebagai bagian dari adaptasi metodologi," paparnya.
Ketika menggunakan akses teknologi, jika melakukan penelitian virtual maka perlu dipersiapkan segala hal yang diperlukan mulai perangkat, webcam hingga jaringan yang harus dimiliki kedua pihak bagi peneliti maupun responden, narasumber atau informan.
Lebih lanjut dijelaskan, jika melakukan penelitian tradisi lisan secara virtual maka peneliti perlu juga apakah bisa mendapatkan data seperti yang diharapkan atau menurunkan pencapaian-pencapaian tidak seperti ketika penelitian lapangan.
"Perlu juga menyiapkan hal-hal yang bisa dipakai sebagai penunjang pencatatan data, jika penelitian lapangan bisa menggunakan buku catatan (diary), jika penelitian virtual bisa dengan audio diaries," imbuhnya.
Perempuan yang juga Dosen Fakultas Ilmu Bahasa (FIB) Universitas Indonesia ini menjelaskan jika metode yang dipakai adalah metode daring (virtual) maka bentuk penelitian yang dijalankan lebih pada metode kualitatif. Dengan metode ini maka subjek penelitian tetap perlu melakukan beberapa prosedur mulai focus group discusion (FGD), observasi, wawancara dan analisis dokumen.
"Dengan FGD berguna untuk memeriksa dan menggali berbagai pengetahuan dan pemikiran yang muncul dan berlaku pada kelompok tertentu. Pengetahuan itu bisa dijadikan dasar serta tambahan-tambahan saat melaksanakan penelitian tradisi lisan," jelasnya.
Prosedur berikutnya adalah wawancara. Wawancara dimaknai sebagai percakapan dengan tujuan yang jelas dan memiliki makna yang melebihi maksud dari percakapan biasa. Proses wawancara ini terjadi dengan adanya komunikasi bolak-balik antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai, untuk menggali topik tertentu yang dibahas.
"Prosedur ini berguna untuk mengeksplorasi pengalaman, pandangan atau keyakinan responden," terang Prudentia.
Tidak sebatas wawancara, peneliti juga perlu melakukan observasi yang biasa dilakukan dengan responden berjarak atau pun terlibat. "Kalau bentuknya virtual atau daring observasi yang dilakukan jelas berjarak ya," tandasnya.
Dengan strategi-strategi penelitian tradisi lisan saat pandemi seperti semoga kelestarian budaya lisan Indonesia dapat terjaga dan bermanfaat bagi khazanah kekayaan seni dan budaya bangsa.
Penulis: Nidlomatum MR
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua