Tokoh

Abdullah bin Zubair, Muhajirin Pertama yang Lahir di Bulan Syawal

Kamis, 19 Mei 2022 | 12:15 WIB

Abdullah bin Zubair, Muhajirin Pertama yang Lahir di Bulan Syawal

Ilustrasi. (Foto: NU Online)

Dua puluh bulan setelah umat Muslim hijrah ke Madinah, mereka memperoleh kebahagiaan karena telah lahir seorang bayi pertama dari kalangan muhajirin (orang-orang yang hijrah). Hal ini membuat semua bersuka cita karena dengan kelahiran bayi tersebut berarti telah membantah adanya tuduhan bahwa orang Yahudi telah menyihir mereka dengan tidak akan melahirkan seorang anak pun.


Bayi ini lahir pada bulan Syawal tahun 2 H atau Mei 624 M  dari pasangan Zubair bin Awwam dan Asma’ binti Abu Bakar. Pasca kelahirannya, Rasulullah saw men-tahnik-nya (mengolesi langit-langit mulut) dengan sebiji kurma yang telah beliau kunyah. Kemudian beliau memberinya nama Abdullah, dan menjulukinya Abu Bakar, sesuai dengan nama kakeknya. Nenek dari ayahnya adalah Shafiyah, bibi Rasulullah. (Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Tarikhul Khulafa: 2017: 135)


Terkait kelahiran Abdullah bin Zubair ini disinggung dalam hadits Nabi berikut,


عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهَا حَمَلَتْ بِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ بِمَكَّةَ قَالَتْ فَخَرَجْتُ وَأَنَا مُتِمٌّ فَأَتَيْتُ الْمَدِينَةَ فَنَزَلْتُ قُبَاءً فَوَلَدْتُ بِقُبَاءٍ ثُمَّ أَتَيْتُ بِهِ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَضَعْتُهُ فِي حَجْرِهِ ثُمَّ دَعَا بِتَمْرَةٍ فَمَضَغَهَا ثُمَّ تَفَلَ فِي فِيهِ فَكَانَ أَوَّلَ شَيْءٍ دَخَلَ جَوْفَهُ رِيقُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ حَنَّكَهُ بِالتَّمْرَةِ ثُمَّ دَعَا لَهُ فَبَرَّكَ عَلَيْهِ وَكَانَ أَوَّلَ مَوْلُودٍ وُلِدَ فِي الْإِسْلَامِ فَفَرِحُوا بِهِ فَرَحًا شَدِيدًا لِأَنَّهُمْ قِيلَ لَهُمْ إِنَّ الْيَهُودَ قَدْ سَحَرَتْكُمْ فَلَا يُولَدُ لَكُمْ


Artinya, “Dari Asma binti Abu Bakar ra, bahwa ketika mengandung putranya, Abdullah bin Zubair di Makkah, Asma berkataLalu aku keluar menuju Madinah, ketika sampai di Quba, aku singgah dan melahirkan di sana. Aku lalu membawa bayiku menemui Rasulullah saw dan meletakkannya di pangkuannya. Kemudian beliau minta diambilkan buah kurma, lalu mengunyahnya untuk kemudian meludahkannya ke dalam bayiku.”


“Maka pertama kali yang masuk ke dalam perutnya adalah ludah Rasulullah saw. Beliau memberi kunyahan kurma dan mendoakan keberkahan kepadanya. Dia adalah bayi pertama yang lahir dalam Islam. Orang-orang pun bangga, sebab telah dikatakan kepada mereka 'sesungguhnya orang-orang Yahudi telah menyihir kalian, sehingga kalian tidak akan memiliki anak’.” (HR Bukhari)


Tahnik yang dilakukan Rasulullah kepada Abdulllah bin Zubair di antaranya adalah sebagai wujud kasih sayang sekaligus memberkahinya. Bagaimana tidak berkah, dengan begitu berarti beliau telah memasukkan ludahnya kepada Abdullah kecil.


Abdullah tumbuh sebagai sosok yang sangat taat. Melaksanakan puasa sunnah dan shalat malam adalah kebiasaannya. Dalam hidupnya, ia gunakan malam-malam untuk beribadah. Satu malam ia gunakan untuk shalat berdiri sampai pagi, malam berikutnya melakukan ruku’ sampai pagi menjelang, dan malam setelahnya ia gunakan untuk sujud hingga waktu pagi. Hal ini terus dilakukannya secara berulang dalam tiga malam.


Banyak kesaksian para tokoh yang menjelaskan semangat ibadahnya. ‘Amr bin Dinar pernah berkata,


ما رأيت مصليًا أحسن صلاة من ابن الزبير، وكان يصلي في الحجر، والمنجنيق يصيب طرف ثوبه فما يلتفت إليه


Artinya, “Belum pernah aku melihat orang yang shalatlnya lebih baik dibanding Ibnu Zubair. Sekali waktu ia pernah melaksanakan shalat di atas Hijr Ismail, sementara manjanik mengenai ujung bajunya, namun tidak sedikitpun ia menoleh.”


Mujahid juga pernah mengatakan tentangnya,


ما كان باب من العبادة يعجز الناس عنه إلا تكلفه ابن الزبير، ولقد جاء سيل طبق البيت فجعل يطوف سباحة


Artinya, “Sesulit apapun kondisi untuk melakukan ibadah, Ibnu Zubair selalu tetap melaksanakannya. Sekali waktu pernah bangunan Ka’bah direndam banjir, namun dia tetap melakukan thawaf dengan cara berenang.”


Selain memiliki semangat ibadah tinggi, Abdullah bin Zubair juga dikenal sebagai sosok sahabat Nabi yang sangat pemberani. As-Suyuthi melaporkan bahwa dia memiliki kemampuan menunggang kuda yang sangat cekatan. Dia juga dikenal memiliki banyak kisah-kisah heroik terutama saat peperangan melawan musuh.


Salah satu aksi heroiknya terekam saat menggempur tentara Afrika di usianya yang baru 17 tahun. Dalam pertempuran itu jumlah personil tentara tidak imbang. Pasukan musuh sebanyak 120.000 personil, sedangkan pasukan Muslim hanya 20.000 orang. Kendati demikian, tidak membuat gentar para tentara Allah.


Abdullah bin Zubair yang menyadari selisih pasukan sangat jauh itu mencari cara untuk mengalahkan lawan. Akhirnya ia berhasil menemukan kelemahan musuh, yaitu kekuatan lawan bertumpu pada panglima perangnya, Raja Barbar. Dengan gagah berani, Abdullah menerobos lapisan tentara musuh dan menewaskan panglima itu. Prediksinya benar, tentara Afrika akhirnya bertekuk lutut. (Imam Jalaluddin As-Suyuthi: 136-147)


Abdullah meriwayatkan sebanyak tiga puluh tiga hadits Rasulullah saw. Beberapa orang yang meriwayatkan darinya adalah ‘Urwah bin Zubair, ‘Ubaidah as-Salmani, Ibnu Abi Mulaikah, Tsabit al-Bunani, ‘Atha’, Abbas bin Sahl, Thawus, Abu Zibar al-Makki, Abu Ishaq as-Sabi’i, Wahb bin Kaisan, Sa’id bin Mina, dan lain-lain.


Pada masa kekuasaan Dinasti Umayah, Abdullah pernah menjabat sebagai khalifah setelah kewafatan Yazid bin Mu’awiyah (khalifah sebelumnya). Ia menguasai wilayah Hijaz, Mesir, Yaman, Irak, Khurasan, dan sebagian wilayah Syam (Syria). 


Abdullah merupakan sosok sahabat yang dekat dengan Rasullullah. Ia hidup semasa dengan Nabi selama delapan tahun empat bulan. Ia wafat dalam usia yang ke-72 tahun, dibunuh oleh seorang yang bernama Hajjaj bin Yusuf. (Syamsuddin adz-Dazhabi, Siyaru A’lamin Nubala, 1982: juz 3, h. 363-380) (Muhamad Abror)