Warta

"Ibnu Sutowo Gate" Jilid Dua

Kamis, 15 September 2005 | 06:21 WIB

Jakarta, NU Online


PT Pertamina kembali disorot. Tak tanggung-tanggung, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang langsung mengungkapkan adanya jaringan penyelundupan BBM yang melibatkan pejabat Pertamina. Kegiatan yang merugikan negara mencapai Rp 8,8 triliun per tahun ini diperkirakan diketahui Widya Purnama selaku Direktur Utama. “Ibnu Sutowo Gate” terulang?

<>

Dalam perjalanan PT Pertamina, Widya Purnama merupakan Dirut Pertamina kedua yang bertanggung jawab atas kerugian negara hingga triliunan rupiah akibat ulah Pertamina. Pada tahun 1975 PT Pertamina dibawah kepemimpinan Dirut Ibnu Sutowo mewariskan utang US$10,5 miliar. Utang PT Pertamina tersebut nyaris membangkrutkan Indonesia karena penerimaan negara dari minyak saat itu hanya US$6 miliar. Ibnu akhirnya mundur dari posisi dirut pada tahun 1976.

Namun, jauh setelah Ibnu mundur baru terbongkar bahwa salah satu direktur Pertamina H. Thaher memiliki simpanan US$80 juta. Selain itu Harian Indonesia Raya yang dipimpin Mochtar Lubis pada tahun 1970 pernah membongkar simpanan Ibnu Sutowo pendiri dan Dirut Pertamina yang mencapai Rp90 miliar. Jumlah yang sangat luar biasa karena kurs rupiah saat itu hanya Rp400.
Bahkan Harian Indonesia Raya juga pada tahun 1975-an membongkar praktek penyelundupan dan kongkalikong BBM antara Ibnu Sutowo dengan pihak Jepang yang merugikan negara hingga US$1.554.590,28.

Kini setelah tiga dasawarsa ‘Ibnu Suwoto Gate’, PT Pertamina kembali merugikan negara seperti yang diungkapkan Presiden SBY hingga mencapai Rp 8,8 triliun per tahun. Pelakunya yang berhasil ditangkap berjumlah 58 orang, 18 orang di antaranya adalah pejabat dan pegawai PT Pertamina di daerah dan lima warga negara asing. Presiden perlu membuat jumpa pers khusus untuk membeberkan penyelundupan yang dilakukan petinggi Pertamina seusai sidang kabinet terbatas, Kamis (8/9) lalu di Kantor Presiden, Kompleks Istana, Jakarta.
"Sampai saat ini ada 17 kapal yang ditahan dan di sita 6.000 ton BBM, ditangkap 58 orang, 18 orang diantaranya pejabat atau oknum pegawai Pertamina, dan lima WNA," ungkap Presiden SBY.

Presiden SBY mengungkapkan jaringan penyelundupan BBM beroperasi di sejumlah daerah, seperti Kepulauan Riau, Batam, perairan Kalimantan Timur, perairan Arafura, kawasan Cilacap (Jawa Tengah), dan di Jawa Timur. Adapun aparat yang berhasil membongkar jaringan tersebut meliputi jajaran TNI Angkatan Laut dan Polri, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, serta instansi terkait.

Setelah mendapat laporan mengenai penyelundupan BBM dalam sidang kabinet, Presiden SBY sangat terkejut akan rapi dan beraninya sindikat tersebut beroperasi. "Saya tidak habis pikir pipa bawah laut yang garis tengahnya 1,5 meter dan panjang tujuh mil begitu mudah mengalirkan BBM untuk diselundupkan yang merugikan negara dalam jumlah yang sangat besar," ujar SBY penasaran.

Karena itu Presiden SBY langsung memerintahkan Kapolri dibantu Kantor Menkopolkam untuk memberantas jaringan penyelundupan tersebut. "Saya memerintahkan Kapolri dengan supervisi Kantor Menkopolkam agar operasi pemberantasan kejahatan ini diteruskan di semua daerah," kata Presiden.

Lebih jauh Presiden mengatakan, sehubungan dengan terbongkarnya kejahatan tersebut, Presiden Jumat (9/9) akan memanggil jajaran direksi Pertamina untuk menghadap sekaligus untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah terjadi selama ini di Pertamina. "Setiap tetes BBM tidak boleh dibiarkan menguap dan jatuh pada tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab. Kalau ada jajaran direktur Pertamina yang terlibat akan ditindak tegas. Saya sudah mendapatkan nama-nama mereka tapi biarkan investigasi berjalan dahulu," kata Presiden tegas.

Akankah “Ibnu Sutowo Gate” kedua ini akan berakhir seperti yang terjadi di tahun 1975? Dimana Ibnu Sutowo selaku Direktur Utama tak dimintakan pertanggungjawabannya dan dapat mundur dari jabatannya dengan tenang. Kita tunggu. (pi/cih)