Semarang, NU Online
Pada saat matahari terbenam hari ini, Rabu 20 Desember M bertepatan dengan tanggal 29 Dzulqa’dah 1427 H, ketinggian hilal (bulan) di seluruh wilayah Indonesia masih di bawah ufuk antara -3030' sampai -1030' sehingga hilal (bulan) tidak mungkin terlihat. Namun ketetapan awal bulan Dzulhijjah masih menunggu hasil sidang itsbat yang dipimpin oleh menteri agama setelah diadakan rukyatul hilal pada petang hari ini.
Berdasarkan data dari Lembaga falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LFNU), seluruh tempat di wilayah Indonesia pada saat matahari tebenam pada hari Rabu tanggal 20 Desember 2006, belum mengalami ijtima’ (bulan baru). Ijtima’ berlangsung tetelah ghurub (terbenam matahari) di seluruh wilayah Indonesia. Di ujung timur Indonesia, Jayapura umur hilal pada saat ghurub -5 jam 28 menit dan di ujung barat, kota kecil Sabang -2 jam 32 menit. Sementara di pelabuhan ratu sebagai markas hisab di Indonesia berumur 12 jam 55 menit.
<>Secara astronomis hilalyang dilihat pada saat belum terjadi ij’tima’ itu sebenarnya bukan bulan Dzulhijjah 1427 H, melainkan bulan sabit tua di akhir bulan Dzulhijjah. Posisi tinggi hilal yang berada di bawah ufuk pada saat ghurub atau tinggi hilal negatif di seluruh wilayah Indonesia berakibat hilal tidak mungkin dapat teramati, karena hilal akan terbenam terlebih dahulu sebelum matahari.
Pengaruh terang cahaya matahari langsung meupun terang langit akibat reaksi atmosfer bumi berakibat hilal tidak akan teramati sebelum matahari terbenam.
"Jika dibandingkan dengan posisi hilal di Makkah pada tanggal yang bersamaan dengan tangal 29 Dzulqa’dah di Indonesia ada perbedan dan persamaan. Meskipun di Makkah ijtima’ berlangsung sekitar 0 jam 41 menit sebelum ghurub (ijtima’ qabla ghurub) namun ketinggian hilal pada saat ghurub masih berada di bawah ufuk pada ketinggian sekitar -2051,7'," kata Cecep Nurwendaya dari Planetarium Pemda DKI jakarta yang juga anggota BHR Departemen Agama saat memberikan materi kepada para peserta Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Nasional Pelaksana RUkyat Nahdlatul Ulama di Komplek Masjid Agung Semarang, Jawa Tengah, Selasa (19/12) lalu.
Hilal di makkah merupakan hilal dzulhijjah karena sudah melampaui ijtima’, namun dengan ketinggian yang negatif ini secara obyektif hilal tidak mungkin dapat terlihat. Besar kemungkinan jika dilihat hanya pada posisi hilal semata, baik di Indonesia maupun di Arab Saudi akan mengawali bulan Dzulhijjah pada hari yan g bersamaan, yakni pada hari Jum’at tangal 22 Desember 2006
Sementara itu, sore ini para peserta Diklat Nasional Pelaksana RUkyat Nahdlatul Ulama sedang menyiapkan peralatan untuk merukyat bulan langsung dari menara Masjid Agung Semarang yang mempunyai ketinggian 99 M di atas permukaan air laut. Rukyat akan dipimpin oleh Koordinator Diklat Pengurus Pusat LFNU KH. Ahmad Izzuddin dan Ketua PP LFNU KH Ghazali Masroeri didampingi oleh para kiai dan pakar rukyat NU berserta seluruh peserta Diklat. (nam)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
6
Cerita Rayhan, Anak 6 Tahun Juara 1 MHN Aqidatul Awam OSN Zona Jateng-DIY
Terkini
Lihat Semua