Warta

Chaves Tuntut Raja Spanyol Minta Maaf

Sabtu, 17 November 2007 | 05:06 WIB

Caracas, NU Online
President Venezuela Hugo Chavez Menuntut Raja Spanyol Juan Carlos untuk meminta maaf secara publik atas perkataannya yang menyuruhnya diam saat penutupan KTT Ibero-Amerika di Santiago, Cile, pekan lalu.

Chaves mengatakan sikap yang tunjukkan raja Spanyol itu bisa memperkeruh hubungan kedua negara dan merusak investasi Spanyol di Venezuela.<>

"Raja Spanyol itu harus meminta maaf karena dia menyerang saya," kata Chaves dalam sebuah wawancara di stasiun televisi pemerintah, Jum'at (16/11).

"Saya tidak akan meminta dia untuk sungkem, hanya mau mengingatkan bahwa dia sudah melangkah terlalu jauh, dia melakukan sesuatu yang tidak layak," terangnya.

Sehari sebelumnya, kepada stasiun televisi Promar, presiden yang pernah memproklamirkan "segera runtuhnya kerajaan Amerika Serikat (AS)" itu mengatakan bahwa pihaknya akan meninjau hubungan diplomatik dan ekonomi dengan Spanyol.

"Kami tak ingin merusak hubungan, namun saat ini saya sedang melakukan peninjauan hubungan politik, diplomatik, dan ekonomi dengan Spanyol," terang Chaves.

"(Peninjauan) ini berarti semua perusahaan Spanyol harus menunjukkan bisnis apa yang mereka lakukan. Saya sendiri akan memantau dan melihat apa yang terjadi di dalam perusahaan-perusahaan itu," ujarnya.

Chavez menyebut Grupo Santander dan Banco Bilbao Vizcaya Argentaria sebagai kemungkinan sasaran. Sejumlah perusahaan besar Spanyol berinvestasi di Venezuela, termasuk raksasa telekomunikasi Telefonica dan perusahaan minyak Repsol. Telefonica merupakan operator telepon seluler terbesar di Venezuela.

Seperti dilaporkan sumber Associated Press, sikap keras Chavez pada penutupan KTT Ke-17 Ibero-Amerika di Cile, pekan lalu, menyulut konfrontasi yang sudah memanas. Dalam pidatonya, Chavez menyebut mantan Perdana Menteri Spanyol Jose-Maria Aznar sebagai fasis karena mendukung invasi AS ke Irak.

"Mantan Perdana Menteri Spanyol benar- benar seorang fasis. Seorang fasis bukanlah manusia. Ular lebih manusiawi daripada fasis," kata Chavez.

Raja Juan Carlos yang geram dengan pernyataan itu segera berdiri dan meminta Chavez untuk "tutup mulut", sambil menudingkan jari ke arah Chavez. Raja Juan Carlos semakin berang saat Presiden Nikaragua Daniel Ortega mendukung Chavez.

"Saudara kita Spanyol harus belajar untuk berdialog dan menyadari bahwa era kerajaan dan raja sudah menjadi sejarah. Kami bukan lagi bawahan raja mana pun," kata Ortega.(dar)