Warta

Eforia Pemikiran Islam Banyak yang Kebablasan

Kamis, 1 September 2005 | 12:17 WIB

Jakarta, NU Online
Berkembangnya pemikiran Islam yang saat ini tumbuh subur diberbagai kalangan dinilai oleh Rais Syuriyah PBNU KH Ma’ruf Amin sudah banyak yang kebablasan dan keluar dari koridor sistem dan metodologi pengambilan hukum Islam.

”Dinamis perlu, tapi eforia sekarang sudah banyak yang kebablasan, sudah keluar dari maslahah. Ada kelompok Islam yang sudah tak ikut pakemnya ulama dalam menentukan hukum, al Qur’an diragukan, Qur’an produk budaya, ayat tak relevan dan hal sejenisnya,” tandasnya.

<>

Hal tersebut diungkapkan dalam ceramah dihadapan para jamaah yang menghadiri istihgotsah rutin bulanan tiap hari Rabu terakhir pukul 20.00WIB yang diselenggarakan oleh Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) (31/8). Ratusan jamaah mengikuti rangkaian kegiatan dengan khusuk di halaman Gd. PBNU.

Mar’uf memberi contoh salah satu penulis yang mengatakan beberapa ayat Qur’an sudah tak relevan lagi dengan mencabut larangan kawin beda agama, padahal masalah tersebut sudah dijelaskan secara tegas dalam Al Qur’an. Hal-hal tersebut merupakan bukti mereka sudah keluar dari koridor yang ada.

Bukan berarti perbedaan dalam Islam tak diperbolehkan. Namun demikian, ketua komisi fatwa MUI tersebut menjelaskan harus dibedakan mana yang merupakan perbedaan dan mana yang merupakan penyimpangan.

Nahdlatul Ulama sendiri mengikuti cara berfikir ahlusunnah wal jamaah. Syariahnya mengikuti imam Asy’ari dan Maturidi, fikih mengikuti madzab empat yang meliputi Imam Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali. Untuk tasawuf mengikuti Imam Ghozali.

“Inilah yang namanya tarekat Nahdlatul Ulama atau khittah Nahdlatul Ulama. Ini cara berfikir, bersikap dan bertindak. Inilah manjahul fikr. Karena ahlusunnah wal jamaah yang dipilih,” paparnya.

Para ulama tersebut berbasis di pesantren. Dari dakwah secara individu kemudian secara bersama-sama membikin organisasi untuk mengembangkan umat secara bersama-sama. Dengan membuat organisasi, akan terbentuk sebuah jaringan nasional yang efektif untuk dakwah kepada ummat.

Dijelaskannya belakangan ini banyak juga orang NU yang organisasinya memang NU, tetapi cara berfikir mereka sudah keluar dari manhaj NU. “Kita harus ati-ati jangan sampai sebenarnya kita merasa di NU tapi sebenarnya sudah jauh,” imbuhnya.(mkf)