Warta

Figur Muslim Bantu Kepolisian Los Angeles Pahami Islam

Selasa, 30 Juni 2009 | 08:08 WIB

Los Angeles, NU Online
Demi meningkatkan hubungan yang telah lama menegang dengan komunitas Muslim, Kepolisian kota Los Angeles telah menunjuk, pimpinan Muslim yang akan membantu mengedukasi petugas kepolisian untuk menghapus sterotip negatif mendalam terhadap kaum minoritas setelah WTC 11 September. Penunjukkan itu merupakan pertama kalinya yang pernah ada di sejarah kepolisian Paman Sam.

"Para petugas tidak paham tentang Islam atau komunitas Islam di Los Angeles," ujar Letnan Mark Stainbrook, yang bertanggung jawab mengawasi proses penjembatanan komunitas untuk biro intelijen kriminal dan konter-terorisme Departeen Kepolisian LA, seperti yang dikutip Los Angeles Times, Senin (29/6).<>

Pemimpin LAPD meyakini, Sheikh Qazi Asad, imigran kelahiran Pakistan yang ditunjuk itu, akan mampu menjadi sumber bernilai bagi informasi para petugas yang ingin tahu lebih banyak tentang Muslim dan keyakinan mereka.

Mereka melihat statusnya sebagai figur komunitas sebagai kesempatan untuk membuat petugas terbuka dengan budaya dan sebuah agama yang masih belum diakrabi, bahkan oleh orang asing. "Ia akan menjadi orang yang tepat untuk mengedukasi petugas masalah tersebut," ujar Letnat Stainbrook.

Pemimpin LAPD juga berharap Asad akan mengembalikan citra satuan kepolisian setelah  masa penuh kritikan di tahun 2007. Tahun itu, polisi LA merencanakan, untuk memetakan wilayah berpopulasi Muslim, di mana Muslim diprofilkan untuk ditarget terkait tindakan konter-terorisme.

Rencana itu akhirnya batal dilakukan setelah aksi protes gencar selama seminggu. Ada sekitar 500 ribu Muslim di Los Angeles, kota dengan konsentrasi Muslim terbesar kedua di Amerika Serikat setelah Kota New York

Pemimpin Muslim pun juga sama optimis, jika Asad akan meningkatkan ikatan yang memburuk cukup lama selama ini. "Posisi itu membutuhkan seseorang yang memiliki pengetahuan dasar dan kemampuan untuk merangkul orang bersama-sama." ujar direktur eksekutif, Dewan Hubungan Amerika-Islami (CAIR), di California Selatan.

"Dan, saya piker, Asad memiliki kemampuan itu," ujarnya. Asad sendiri memiliki sejarah membangun jembatan antara polisi dan komunitas Muslim lokal.

"Itu tidak mengejutkan saya, melihat LAPD hendak merangkul Asad dan memberi ia kesempatan untuk meneruskan pekerjaannya," ujar Sherrif Wilayah Los Angeles, Lee Baca. Asad kini menjadi kepala Dewan Pimpinan Antar-Keyakinan Muslim di Amerika, yang saat ini berafiliasi dengan Departemen Sherrif.

Bearded Asad, 47 tahun, berencana untuk mengenakan pakaian tradisional Pakistan bila memungkinkan. Sesuatu yang ia tahu akan mengejutkan para petugas, melihatnya berpakaian seperti itu di kantor kepolisian.

"Itu butuh waktu bagi mereka beradaptasi," ujarnya seperti yang dikutip oleh LA Times, (29/6). Riset terbaru yang dilakukan oleh Pusat Riset Pew dan poling Forum Pew menunjukkan jika mayoritas masyarakat Amerika hanya tahu sedikit tentang Islam.

Saat ia tiba di Amerika 23 tahun lalu, Asad tidak membawa uang sepeser pun dan memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang minim. Ia belajar utuk berbicara di negara barunya dengan mengambil kursus di kampus lokal dan rajin menonton siaran berita di televisi.

Setelah menghabiskan beberapa tahun bekerja di asuransi, Asad mulai melayani sebagai penasihat keagamaan bagi para Muslim. Hingga tragedi WTC 11 September, ia semakin terlibat dengan semangat besar, untuk memperkuat pemahaman antara Muslim dan non-Muslim di lingkungannya.

Tak lama setelah serangan, Sherrif Baca meminta Asad untuk bergabung dengan konferensi berita, di mana petugas dan pemimpin komunits mendemonstrasikan solidaritas mereka dengan minoritas, yang menderita dampak terburuk setelah serangan.

Kemudian ia diminta bergabung dengan Dewan Pemimpin Agama Eksekutif Sherrif. Asad pun membawa lusinan Muslim Amerika lain bersamanya ke dalam Dewan tersebut, dan mengejar tujuannya, memantapkan kepercayaan antara komunitasnya dan masyarakat lebih luas.

"Kita perlu membentuk komunikasi yang baik, di mana kedua belah pihak dapat berbicara satu sama lain," yakin Asad. "Ini hanyalah pintu pembukaan pertama," imbuhnya. (dar)