Warta

FPI-GP Ansor Kaltim Gelar Doa Bersama

Kamis, 5 Juni 2008 | 21:22 WIB

Samarinda, NU Online
Front Pembela Islam (FPI) bersama Gerakan Pemuda (GP) Ansor dan Kalimantan Timur, menggelar doa bersama di Masjid Al-Ma`ruf Samarinda, Kaltim, Kamis (5/6). Ajang silaturrahim bertajuk "Duduk Bersama Umat" turut dihadiri berbagai ormas Islam setempat: Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU).

"FPI dan GP Ansor akan tetap menjaga kondusifitas di Kaltim. Kami (GP Ansor, red) tidak akan terprovokasi berbagai isu, terkait kasus penyerangan anggota FPI di Monas, 1 Juni 2008 lalu," kata Ketua Pengurus Cabang GP Ansor Kaltim, Syaparudin, usai gelar "Duduk Bersama Umat" itu.<>

Walaupun sangat menyayangkan terjadinya aksi kekerasan di Monas, namun pihaknya tidak akan melakukan tindakan yang bisa memicu konflik antara FPI dan GP Ansor Kaltim.

"Pertemuan ini untuk antisipasi berkembangnya potensi konflik di Kaltim, menyusul berbagai aksi yang terjadi di beberapa daerah di Tanah Air. Kami berharap, pertemuan antara GP Ansor dan FPI di Kaltim menjadi inspirasi ormas Islam, khususnya FPI dan GP Ansor di seluruh Indonesia untuk mencegah eskalasi konflik kian meluas," katanya.

Ketua GP Ansor Kaltim itu juga mengakui, tidak akan menuntut pembubaran FPI, sebab kata dia, masalah itu sudah masuk ke wilayah hukum. "Kami tidak berhak meminta FPI dibubarkan, sebab, itu bukan wewenang kami,`ujar Syaparudin.

Ketua DPD FPI Kaltim, Habib Muhammad Assegaf menegaskan, walaupun banyak desakan menuntut pembubaran FPI, namun FPI Kaltim kata dia tidak akan membubarkan diri. "Kami (FPI Kaltim, red) tidak akan gentar memerangi kemungkaran yang terjadi di Indonesia," tegasnya.

Habib Assegaf mensinyalir, konflik antara FPI dan GP Ansor yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia merupakan upaya pihak tertentu untuk mengalihkan perhatian terkait akan dikeluarkannya SKB (Surat Keputusan Bersama) tentang pembubaran Ahmadiyah. "Ada kelompok tertentu yang tidak menginginkan SKB itu dikeluarkan, sehingga mengalihkan isu dengan membuat konflik antarumat," ujarnya.

Sementara, salah seorang tokoh PAS, Ust Chudori, menegaskan, aksi unju krasa yang sempat memicu konflik antarormas Islam di Indonesia itu, akibat ketidaktegasan pemerintah terhadap Ahmadiyah. "Jika pemerintah tegas sejak awal, konflik yang terjadi antara ormas Islam seperti yang terjadi di beberapa tempat tak akan terjadi," tegasnya.

Ia menggambarkan, FPI dan GP Ansor sebagai ‘gigi’ agama Islam, sehingga jika kedua ormas Islam itu dipecah-belah, kekuatan Islam akan melemah. "Jika keduanya rontok, umat Islam akan menjadi `ompong`. Kedua ormas itu sengaja dibenturkan untuk kepentingan kelompok tertentu yang tidak menginginkan Ahmadiyah dibubarkan," ungkap Chudori. (ant/sul)