Warta

Hasyim: Perlu Ditumbuhkan Kembali Semangat Ke-NU-an

Kamis, 13 Desember 2007 | 04:30 WIB

Cirebon, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi meminta warga NU (Nahdliyyin) menumbuhkan kembali semangat ke-NU-an sebagaimana dimiliki oleh para pendiri NU. Hal tersebut diungkapkannya dalam suasana peringatan hari lahir (Harlah) ke-82 NU.

“82 tahun adalah usia yang sudah cukup tua, karena itu perlu dibangkitkan kembali semangat ke-NU-an seperti yang dimiliki Mbah Hasyim (Hadratus Syeikh KH Hasyim Asy’ari)," katanya dalam acara peringatan Harlah dan konsolidasi NU di Kota Banjar, Jawa Barat, Rabu (12/12).<>

Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Al Hikam Malang itu menjelaskan penurunan pemahaman ke-NU-an ini harus terus dilakukan seiring dengan berjalannya perubahan generasi.

"Kalau zamannya kakak saya (Kiai Muchid Muzadi, red) bisa bertemu langsung dengan Kiai Hasyim Asy'ari. Saya ketemu ulama-ulama, lalu anak-anak kita bertemu dengan siapa," katanya.

Pada kesempatan itu Ketua Umum PBNU mengajukan kalimat sindiran untuk warga Nahdliyyin dan warga organisasi Muhammadiyah. Menurutnya, kerukunan yang dijalani antara NU dan Muhammadiyah juga berbeda antara zaman dahulu dengan masa sekarang.

"Kalau dulu rukun karena sama-sama ngertinya, tapi kalau sekarang rukun karena sama-sama tak ngertinya," tandasnya.

Karena sudah rendahnya pemahaman keagamaan pada generasi muda saat ini, tak heran jika mereka menjadi sasaran empuk aliran sesat dan ideologi menyimpang.

"Generasi muda kita sedang kosong, siapapun yang masuk pertama kali, ya itu yang diterima," tandasnya.

Ditambahkannya sumber hukum Islam yang dipakai oleh berbagai kelompok umat Islam adalah sama-sama Al Qur'an dan Hadist, namun penafsirannya yang berbeda.

"Al-Qur'an yang ditafsirkan oleh Imam Syafii berbeda dengan Imam Samudra yang menjadi bom bunuh diri," tandasnya.

Kiai Hasyim dalam pertemuan yang dihadiri oleh ribuan massa dan pengurus sampai ke tingkat ranting dan anak ranting ini mengingatkan agar warga Nahdliyin menjaga masjid dan musholla yang dikelola oleh warga NU karena saat ini sudah banyak yang berpindah tangan dan berubah tata cara peribadatannya. (mkf)