Jakarta, NU Online
Peran Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) sebagai organisasi kader yang menyiapkan pemimpin NU pada 10-20 tahun ke depan sangat menentukan nasib ormas Islam terbesar ini dimasa depan. Untuk itu kualitas kader yang dihasilkan menjadi acuan daripada sekedar kuantitasnya.
“IPNU bertanggung jawab terhadap nasib NU 10-20 tahun mendatang. Kalau IPNU sukses melakukan pengkaderan, maka NU akan menikmati 10-20 tahun mendatang,” ungkap Ketua Umum IPNU Idy Muzayyad kepada NU Online beberapa waktu lalu.
<>Dikatakannya bahwa sebagai organisasi yang menyiapkan kader, makanya kualitas menjadi tuntutan yang harus dipenuhi, bukan sekedar kuantitasnya saja. “Jangan kemudian asal bawa. Adakan Lakmud, datang kok sampai 100-200 orang. lha kalau pengkaderan kan 40 orang sudah standard,” tuturnya memberi gambaran.
Ditegaskannya meskipun posisinya sebagai badan otonom NU yang memiliki kemampuan merekrut massa dan memiliki jaringan ke bawah, IPNU tidak boleh berperan seperti organisasi massa. “Kalau organisasi massa. NU atau Ansor sajalah yang merekrut massa. Kalau IPNU cukup ketat dan fokus pada pendidikan” imbuhnya.
Berdasarkan daftar yang tercatat pada kongres bulan Juli lalu, terdapat 348 cabang ditambah 30 wilayah sehingga 378. Namun jumlah tersebut tidak bisa menggambarkan posisi organisasi secara keseluruhan karena adanya perbedaan kondisi antara daerah di Jawa dan luar Jawa.
“Kita harus bisa memotret kondisi yang berbeda karena memang masing-masing memiliki lokalitas sendiri, punya sejarah sendiri. Karena itu pengkaderan kita harapkan bisa maksimal sesuai dengan potensinya,” ujarnya.
Sampai saat ini kualitas pengkaderan masih menjadi masalah karena seolah-olah antara masuk IPNU dan tidak, tak ada perbedaan. Kita menginginkan dari input A diproses menjadi A plus. Disitu nilai lebih dari masuknya seseorang yang kita anggap kader IPNU menjadi lebih baik. Kalau sama berarti IPNU kan tak perlu ada,” imbuhnya.
Dalam hal ini keberadaan IPNU di sekolah-sekolah adalah mengembangkan dan melengkapi potensi ketrampilan siswa yang belum ada di sekolah seperti mengajari matematik jika tidak bisa atau memberikan materi kepemimpinan. Keberadaan IPNU bisa dijawab setelah mereka bisa menunjukkan perannya kepada para anggota.
“Sekarang, jangan bicara mendirikan IPNU sebelum pertanyaan ini terjawab. Kegiatan Makesta atau Lakmud harus memberikan kemanfaatan yang nyata. Dari anak yang nakal-nakal menjadi tidak nakal. Dari semula tidak ada bulletin, menjadi ada. Ini yang penting. Polanya kan pendidikan dan pemberdayaan,” tegasnya. (mkf)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
Terkini
Lihat Semua