Warta

Kiai PKB Kubu Muhaimim Temui Ketua Umum PBNU

Selasa, 27 Mei 2008 | 15:51 WIB

Jakarta, NU Online
Sekira 100 kiai dan ulama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kubu Ketua Umum Dewan Tanfidz Muhaimin Iskandar menemui Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Selasa (27/5).

Pertemuan yang dipimpin Ketua Umum Dewan Syura PKB kubu Muhaimin, KH Aziz Mansyur dan Hasyim itu dilakukan sebagai awal diselenggarakannya Muhasabah Nasional Alim Ulama di tempat yang sama pada Rabu (28/5).<>

“Kita bermaksud meminta masukan dan saran kepada PBNU tentang masa depan PKB. Karena, PKB tidak lain adalah partai yang dilahirkan NU. PKB adalah pelaksana atau ‘kepanjangan tangan’ politik NU,” kata Kiai Aziz—panggilan akrab KH Aziz Mansyur—didampingi Hasyim dan Muhaimin.

Kiai Aziz yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Paculgowang, Jombang Jawa Timur, itu menjelaskan, sebagai partai yang dilahirkan NU, PKB tidak akan melupakan visi-misi yang diperjuangkan NU. PKB, katanya, juga tak dapat dipisahkan organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia itu.

Ia bertekad mengembalikan perjuangan PKB pada tujuan semula didirikannya, yakni memperjuangkan kepentingan NU, ulama, warga Nahdliyin (sebutan untuk warga NU) dan rakyat Indonesia pada umumnya.

“Kita akan mengembalikan PKB pada semula. Kita akan menampakkan bahwa PKB adalah benar-benar ‘putra’ (baca: partai yang dilahirkan) NU,” ujar Kiai Aziz yang dipilih sebagai ketua umum Dewan Syura PKB pada Muktamar Luar Biasa di Ancol, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Sejumlah kiai yang hadir pada kesempatan itu, di antaranya, KH Nurul Huda Jazuli (Kediri, Jatim), KH Sulthon Abdul Hadi (Jombang, Jatim), KH Dimyati Rois (Kendal, Jateng), KH Mujib Ridwan (Jateng). Ada juga KH Muhtadi (Banten), KH Aziz Mangunjaya (Tasikmalaya, Jabar), KH Jamal (Lampung), KH Rahman (Lampung), KH Sanusi Baco (Sulawesi Selatan) dan Tuan Guru H. Hulaimi Umar (Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat).

Wakil Sekretaris Jenderal DPP PKB, Helmi Faisal, mengatakan, pertemuan itu merupakan momentum untuk menyatukan PKB dan NU, yang dianggap kurang harmonis. (rif)