Warta

Kualitas Guru Indonesia Masih di Bawah Standar

Kamis, 8 Maret 2007 | 04:38 WIB

Surabaya, NU Online
Rasanya makin banyak saja pemicu keterpurukan bangsa ini terangkat ke permukaan. Salah satunya adalah prestasi para guru, yang sebenarnya menjadi tumpuan kemajuan pendidikan di tanah air. Ternyata kualitas mereka masih dibawah standar.

“Kualitas guru kita masih lemah, khususnya dalam Bahasa Inggris,” kata Dr H Thoha Hamim, MA, Pembantu Rektor I Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya, Kamis (8/3). Padahal, menurutnya,  pelajaran Bahasa Inggris sangat penting untuk menghadapi tuntutan globalisasi yang sudah tak bisa dibendung lagi.<>

Indikasi kelemahan itu, menurut Thoha Hamim, bisa terlihat dari hasil Ujian Nasional (Unas) murid yang semakin lama semakin merosot dari tahun ke tahun. Ironisnya, kemerosotan itu terjadi secara merata. Tidak hanya di sekolah-sekolah agama maupun non agama. Hal itu menunjukkan kualitas guru pengajarnya memang lemah.

Kemampuan para guru yang masih dibawah standar tersebut, menurut mantan Ketua Lajnah Ta’lief wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN NU) Jawa Timur ini, disebabkan karena mereka masih hidup di tengah manajemen masyarakat yang amburadul. Masyarakat yang nyaris tak tertata dengan aturan. “Masyarakat kita masih berbudaya feodal,” tandasnya, tanpa merinci makna feodal yang dimaksud.

Namun demikian ia berharap agar masyarakat tidak bersikap pesimis terhadap pemandangan tersebut. Justru sebaliknya, menjadikannya sebagai tantangan untuk dibenahi. “Perlu perencanaan, dana, keahlian dan waktu untuk membenahinya,” tutur dosen pascasarjana di beberapa perguruan tinggi NU tersebut.

Data lain menyebutkan, sampai saat ini, kualitas perguruan tinggi di Indonesia memang masih jauh tertinggal dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi di negara lain. Bahkan di tingkat ASEAN pun,  perguruan tinggi-perguruan tinggi di Indonesia masih menempati urutan bawah. Masih kalah jauh bila dibandingkan dengan negeri jiran Malaysia atau Singapura. “Kualitas guru kita ya tidak jauh dari angka itu,” tutur Thoha Hamim, ketika ditanyakan kualitas guru Indonesia dalam kancah ASEAN.

Beruntung, Menteri Agama Maftuh Basyuni memperhatikan permasalahan tersebut. Bahkan dalam berbagai kesempatan ia menuturkan, pada tahun 2007 ini prioritas nomor wahid program kerja Departemen Agama adalah sepenuhnya ke bidang pendidikan.

“Karena pendidikanlah yang kita yakini sebagai kunci untuk mengatasi semua masalah yang menyebabkan bangsa kita terpuruk ini,” kata Menag kala itu, di sela pertemuan para pengasuh pesantren di Ponpes Edy Mancoro, Salatiga, Semarang, bulan lalu. “Program itu sudah dijalankan, dan kita berharap bisa terlaksana dengan baik,” imbuh Thoha Hamim. (sbh)