Warta

Santri Perlu Diajari untuk Profesional

Senin, 26 Februari 2007 | 11:11 WIB

Lumajang, NU Online
Selama ini kegiatan di pondok pesantren masih didominasi rutinitas di tingkat konsepsi, teori dan gagasan. Kalangan santri pun masih belum mampu beraktivitas di tingkat aktualisasi, implementasi dan aksi. Karenanya, lembaga pendidikan berbasis agama Islam itu pun perlu didorong agar lebih berani beraktualisasi sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Demikian wacana yang mengemuka pada pembukaan Kursus Maintenance Komputer dan Internet untuk Santri yang digelar Pimpinan Pusat (PP) Rabitah Ma’had Islami (RMI) di Lumajang, Jawa Timur, Senin (26/2). Hadir pada acara tersebut Wakil Katib Syuriah PBNU KH Sadid Jauhari, Ketua Umum PP RMI KH Mahmud Ali Zain, Wakil Sektetaris PP RMI HM Sulthan Fatoni dan Wakil Ketua PP RMI Bashori Alwi.

<>

”Kita sering melihat kelompok masyarakat sibuk dengan wacana syariat Islam namun kita tidak pernah tahu wujud aktualisasi ke-Islam-an mereka. Contoh nyata, kita sering mengkaji kitab kuning bab bai’ (transaksi jual-beli), namun kita masih belum mampu menerapkannya dalam kegiatan usaha yang profesional,” kata KH Mahmud Ali Zain.

Menurut Kiai Mahmud, banyak sekali potensi pesantren yang belum dimanfaatkan secara optimal karena keterbatasan kemampuan beraktualisasi. Kelemahan tersebut, katanya, dapat diatasi dengan cara memperbanyak kursus-kursus. ”Kursus maintenance komputer ini diharapkan dapat menumbuhkan kegairahan berkreasi. Begitu juga kursus internet yang dapat membantu santri untuk mengakses dunia keilmuan di luar komunitas mereka,”terangnya.

Senada dengan Kiai Mahmud, KH Sadid Jauhari mengatakan, sampai saat ini masih saja ada segelintir orang yang memanfaatkan NU untuk tujuan politik praktis. Tindakan tersebut tentu merugikan NU, baik di masa sekarang maupun mendatang. ”Saya minta agar NU tidak diseret ke mana-mana. Karena NU menjaga jarak yang sama dengan semua partai politik. Karena itu, program PP RMI seperti ini perlu diadakan sesering mungkin untuk menegaskan bahwa corak kegiatan NU yang sudah khittah itu, ya yang begini” ujarnya.

Sementara itu, HM Sulthan Fatoni menjelaskan, program kursus komputer yang diikuti oleh 60 santri se-Jember, Pasuruan dan Lumajang itu akan dilaksanakan hingga tiga bulan mendatang. Sedangkan kursus internet selama enam hari. ”Peserta yang berasal dari Lumajang dapat berangkat dari rumahnya, sedangkan yang dari luar Lumajang ditampung di Ponpes Habibul Abrori Suko Lumajang,” ungkapnya.

Pada kesempatan itu, Sulthan meyakinkan tentang kesiapan tenaga teknisi. ”Kami bekerjasama dengan satu lembaga profesional yang sanggup menggaransi semua peserta kursus menjadi terampil berkomputer dan berinternet. Program ini dirancang cukup ideal dan diharapkan, pesantren-pesantren yang santrinya ikut kursus tidak lagi mempunyai problem tenaga teknisi komputer dan internet,” kata mantan Wakil Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar NU itu. (maz)