Warta

Makam Guru Sakumpul Masih Dipadati Peziarah

Ahad, 28 Agustus 2005 | 11:41 WIB

Martapura, NU Online
Alimul ’allamah Al ’Arif Billah Asy Syekh K.H. Muhammad Zaini Abdul Ghani atau disebut Guru Sakumpul, yang meninggal dunia 5 Rajab 1426 H/10 Agustus 2005 hingga kini nampaknya masih menjadi perhatian kaum muslim di seantero Propinsi Kalimantan Selatan, bahkan daerah tetangga, seperti Kalteng dan Kaltim.

Sebagai perhatian yang tinggi dimaksud, makam Guru Ijai (panggilan akrabnya) di Sakumpul Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel tersebut hingga hari ke-19 meninggalnya ulama kharismatik itu, masih nampak dipadati peziarah yang datang dari berbagai pelosok, demikian dilaporkan, Minggu.

<>

Peziarah itu terdiri dari laki-laki dan perempuan, serta tua-muda nampak memadati kubah (komplek) pemakaman Guru Sakumpul (40 Km dari Banjarmasin) yang masih zuriat (ada hubungan kekeluaragaan) dengan Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, ulama di Kerajaan Banjar yang terkanal hingga ke mancanegara pada abad 18-19 lalu.

Para peziarah itu diantaranya ada membawa bunga rampai (bunga tabur) serta kembang "barenteng" (diikat berjurai), sehingga kubur Tuan Guru Haji Ijai tersebut sekarang nampak "menggunung" bagaikan bukit kembang, karena di atasnya penuh dengan bunga-bungaan yang menyebarkan bau harum.

Dalam perbincangan dengan peziarah itu, diantaranya ada yang mengaku belum merasa puas kalau cuma mendengar kabar atau berita saja, tanpa melakukan ziarah langsung ke makam Guru Sakumpul, walaupun harus mengeluarkan biaya, ujar warga asal Kalteng.
"Ketika meninggalnya Guru Ijai, kami belum ada kesempatan karena tempat tinggal kami jauh dan mungkin pada hari 10 Agustus itu bisa mengejar untuk menyaksikan pemakaman, tetapi dengan ziarah ini rasa puas," tambah peziaran yang datang dari Kaltim.
Sementara peziaran yang datang dari Banjarmasin mengaku, selain pada saat sekarang ada kesempatan, juga pada hari pemakaman itu tak mungkin karena pengunjung/pelayat untuk menghantarkan Guru Ijai ke peristirahatan terakhir bagaikan lautan manusia, sehingga mencair waktu atau kesempatan yang agak lengang.

"Aku kira sudah 19 hari meninggalnya guru, kuburannya agak sedikit kurang pengunjung, eh ternyata sampai hari ini masih padat peziarah," ujar Adul, warga Banjarmasin.

Memang, ujar Hami, warga yang tinggal di kawasan Sakumpul itu, kubur Guru Ijai itu saban hari hampir tak pernah sepi peziaran, mereka umumnya datang secara berombongan dengan naik mobil, seperti dari daerah Hulusungai Kalsel.

"Kemungkinan hingga 40 hari, bahkan bisa sampai ’menyaratus’ (100 hari), makam Guru Ijai itu masih padat peziarah, dan mereka itu umumnya yang datang dari jauh, disamping dari kalangan keluarga besar almarhum sendiri," demikian Hami.

Guru Ijai meninggal pada usia sekitar 62 tahun karena sakit yang lama diderita almarhum, sempat mengalamai perawaran di rumah sakit Mount Elezabith di Singapura beberapa hari sebelum akhir hayatnya. Ulama kharismatik tersebut meninggal dunia di Sakumpul tempat tinggal sekaligus kawasan pengajian rutin yang digelar almarhum tiap Ahad sore bagi lagi-laki dan Sabtu pagi untuk wanita.(ant/mkf)