Warta JELANG MUKTAMAR

Masdar: Muktamar Makassar Lebih Strategis Dibanding Situbondo

Senin, 14 September 2009 | 06:16 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Masdar Farid Mas’udi menyatakan, Muktamar ke-32 NU yang akan digelar di Makassar pada Januari 2010 mendatang lebih strategis dibanding Muktamar ke-27 NU di Situbondo 1984 pada saat NU memutuskan untuk kembali ke Khittah 1926 menjadi organisasi sosial-keagamaan dan melepaskan dari partai politik.

Masdar yang juga digadang sebagai salah satu calon ketua umum PBNU periode mendatang menyatakan, problem NU pada Muktamar di Makassar tidak hanya ’ke atas’ atau berkaitan dengan kekuasaan, tetapi juga ’ke bawah’, ’ke kanan’, dan ’ke kiri’.<>

”Muktamar 2010 nanti lebih penting dan lebih strategis dari muktamar 1984 karena tantangannya tidak hanya dengan kekuasaan. Problem NU Bukan hanya ke atas, tetapi juga ke bawah, ke kanan dan ke kiri,” katanya saat menghadiri acara ekspos kandidat ketua umum PBNU yang diadakan Pengurus Besar IKA-PMII di Jakarta, Ahad (13/9) sore.

Problem ke bawah terkait dengan pola hubungan para pengurus NU dan warganya. Saat kiai dan tokoh NU dinilai berjarak dengan umat. ”Contoh, elit NU serius mengarahkan pilihan politik tertentu. Tetapi umat memilih yang lain,” katanya.

Problem ke kanan dan ke kiri berkaitan dengan berkembangnya paham keagamaan yang liberal di satu sisi, dan yang kelompok konservatif mengarah kepada radikalisme di sisi lain.

”Pada tahun 1984 belum ada gagasan kanan dan kiri. Pada tahun 1984 juga hubungan antara warga di bawah dengan para pengurus atau para kiai dengan umat masih sangat intens,” katanya.

Problem lainnya, kata Masdar, yang perlu diselesaikan di arena Muktamar adalah limbah politik praktis. Menurutnya, NU telah terkena limbah ini. ”Sekarang warga NU itu memilih dengan pertimbangan gizi, memilih jika ada syai’un (imbalan)nya,” katanya.

Selain itu, NU pada periode kepengurusan sebelumnya dinilai terlalu jauh terlibat dalam permainan politik praktis. ”NU ini bukan partai politik tapi prilakunya seperti partai politik,” kata Masdar. (nam)