Warta

Masjid Sebagai Basis Pemberdayaan Umat

Kamis, 16 Februari 2012 | 05:18 WIB

NU Online, Pemalang
Aktivitas keberagmaan masyarakat muslim di Indonesia akhir-akhir ini mengalami peningkatan kuantitas. Sebagai contoh adalah maraknya organisasi bersimbol Islam dan kegiatan dakwahnya di tengah-tengah masyarakat. Peningkatan aktivitas bukan hanya dakwah yang menggunakan media panggung saja, media cetak dan elektronik pun mengalami hal serupa. Tentunya kondisi demikian merupakan kabar baik bagi warga muslim khususnya di Indonesia.

Namun jika diamati lebih jauh, peningkatan kuantitas keberagamaan nampaknya tidak diikuti dengan peningkatan kualitas. Bahkan cenderung mengalami penurunan kualitas. Setidaknya penilaian tersebut muncul dalam acara Training of Trainer’s (TOT) Aktivis Masjid yang diadakan oleh Masyarakat Pantura Untuk Penguatan Tradisi (MP2T) di Kabupaten Pemalang.
<>Acara TOT diikuti oleh 35 peserta dari 7 kota dan kabupaten di wilayah eks karesidenan Pekalongan menyimpulkan bahwa aktivitas keberagamaan yang berkembang masih sebatas aktivitas pribadi. Sementara aktivitas keberagamaan sosial belum mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan hasil analisa peserta TOT, sepinya masjid-masjid dari kegiatan sosial masyarakat menjadi indikasinya.

Pelatihan yang dilaksanakan mulai tanggal 3 hingga 5 Februari lalu berkesimpulan bahwa masjid idealnya tidak hanya menjadi tempat sholat saja. Lebih dari itu masjid mustinya menjadi tempat menyelesaikan masalah masalah sosial kemasyarakatan. Bukankah masjid pada zaman Rosulullah dan sahabat berfungsi demikian, ujar Imam Kharomaen, peserta dari Kota Tegal.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ali Rosyidi, peserta dari Kabupaten Tegal. Menurutnya, masyarakat muslim sudah hampir melupakan fungsi sosial dari masjid. “Jangankan menyelesaikan masalah sosial, berdiskusi di luar masalah agama saja dianggap bid’ah oleh mereka”, ungkap bapak 2 anak ini sambil mengangkat celananya setinggi mata kaki.

Pelatihan selama 3 hari tersebut memang dirancang untuk membekali peserta yang sebagian besar pengurus masjid dan ponpes tentang pemberdayaan dan pengorganisasian jamaah masjid. Pasca TOT peserta diharapkan dapat menularkan pengalamannya kepada pengurus dan jama’ah masjid di lingkungannya masing-masing.

Selain itu, peserta juga diberikan modul yang berisi tentang perkembangan Islam dari tingkat global hingga lokal, di samping hujjah-hujjah ubudiyah Ahlussunnah wal jamaah (NU) yang sering di anggap bid’ah dan sesat kelompok lain. “Pelatihan ini untuk membentengi warga NU dari dakwah-dakwah kelompok Islam garis keras”, terang Ketua MP2T, Abdul Hakim.


Selama ini masjid-masjid dijadikan tempat pengkaderan dan jamaah NU menjadi incaran kelompok Islam garis keras untuk dijadikan basis pendukungnya. Pola serangan Islam garis keras dan Islam politik tidak hanya dari sisi ubudiyah saja, melainkan sudah merambah pada tingkat ekonomi dan sosial lainnya.

“Jika dibiarkan NU lama-lama bisa keropos. Sehingga penting mendapat gambaran kondisi di tingkat basis. Kalau perlu ada inventarisasi masjid NU di tiap kabupaten dan kota”, tambah bapak satu anak ini.

Untuk mendapatkan gambaran rinci kondisi NU dan jamaahnya di tingkat basis, MP2T menghadirkan fasilitator-fasilitator yang cukup lama berproses di NU. Fasilitator yang berkesempatan hadir diantaranya adalah Ellyasa KH Darwis, AS Burhan dan Musoffa Basyir. Ketiganya menurut Hakim berasal dari kota dan kabupaten yang diundang. “Meski lokal tapi kan rasa nasional”, ujarnya sambil tertawa lebar.

Pelatihan kali ini merupakan pelatihan lanjutan setelah sebelumnya MP2T mengadakan acara yang sama tahun lalu. Pelatihan pertama dilakukan bersamaan dengan Halaqoh, mengambil tema “Memperkuat Tradisi NU Menuju Islam Rahmatal lil Alamin” pada tanggal 28 hingga 30 Oktober 2011 di Kabupaten Tegal dan Pemalang.

“Pasca TOT kami (MP2T) mencoba mengadakan pelatihan tahap 3 di tingkat kota dan kabupaten, agar pemetaan lebih fokus serta hasilnya bisa segera diaplikasikan,” terang Sukamso salah satu pengurus MP2T.

 


Redaktur      : Hamzah Sahal
Kontributor  : Chairul Umam