Warta SERBA-SERBI TANAH SUCI

Mengikuti Upacara Pemakaman di Maqbaroh para Syuhada (4/Habis)

Selasa, 19 Oktober 2010 | 14:18 WIB

Madinah, NU Online
Sejak masa pemerintahan Dinasti Umawiyyah dengan pusat pemerintahan di Damaskus, Suriah, makam Baqi' yang menampung lebih dari 10.000 sahabat, telah mengalami beberapa kali perbaikan dan perluasan. Hingga pada masa Abdul Aziz dari keluarga Saud berkuasa di hijaz yang memerintahkan untuk meruntuhkan kubah-kubah (cungkup/jawa) di makam Baqi' pada tahun 1344 H. /1925 M. Tentu kita ingat, peristiwa ini melatarbelakangi dibentuknya Komite Hijaz oleh para ulama Jawa, yang kemudian disebut-sebut sebagai Embrio berdirinya Nahdlatul Ulama. Perluasan terakhir, seperti kondisinya saat ini, dilakukan oleh Raja Fahd bin Abdul Azis.

Dengan kondisi dan peraturan penguasa sekarang, jamaah perempuan tidak diperkenankan untuk memasuki area pemakaman Baqi. Karenanya, semua pengiring perempuan hanya dapat mengantarkan jenazah, suami, ibu, anak atau saudara-saudara mereka hanya sampai depan pintu gerbang. Bahkan sebenarnya mereka sudah tertahan sejak sebelum memasuki pintu gerbang. Bila ada perempuan yang mencoba nekad masuk areal makam, maka mereka akan berhadapan dengan askar/penjaga.
&<>lt;br /> Begitu juga pun Askar-askar ini, melarang orang-orang berlama-lama di pekuburan. Bahkan para pengiring dari keluarga jenazah yang baru saja dikubur pun dilarang berlama-lama di sana. Begitu upacara pemakaman selesai, para askar akan segera mengusir para pelayat yang masih enggan beranjak.

Jadi jangan pernah Anda membayangkan dapat berlaku seperti di Indonesia, dapat sekaligus berziarah ke makam keluarga pada saat mengantarkan/melayat jenazah baru, sama sekali tidak akan bisa. Maka begitu pun pada beberapa keluarga yang sedang malayat itu, saya melihat mereka harus bersitegang dengan askar-askar sebelum akhirnya terusir dengan mata yang masih basah oleh air mata. Sementara saya, hanya bisa memandangi "pemandangan aneh" itu dengan senyum kecut saja. Kukira semua orang Arab Saudi tidak suka berlama-lama di pemakaman.

Sementara udara malam mulai terasa dingin dan jam di Handphone menunjukkan pukul 10.15 malam waktu setempat. Dalam remang kegelapan, saya hanya bisa memandang beberapa pondasi batu membentuk semacam kotak atau pola-pola tertentu. Di bawah sinar lampu-lampu hotel berjarak sekitar 200 meter di luar pagar makam Baqi' ini, saya hanya bisa menduga-duga, mungkin ini bekas-bekas cungkup/kubah makam para sahabat agung dan tokoh-tokoh Islam yang telah berjasa besar untuk agamanya. Atau bahkan mungkin di antara mereka yang berada di balik pondasi-pondasi itu, kemungkinan adalah para ummul mukmnin (isteri-isteri Rasulullah SAW) yang telah mendampingi Rasulullah hingga akhir hayatnya.

Tidak ada lagi seorang pun kini yang tahu, di mana letak persisnya jasad-jasad keluarga dan para sahabat Rasulullah SAW dikebumikan di Baqi'. Tidak ada yang tahu dan tidak ada yang bisa ditanyai. Para penjaga hanya akan mengatakan, "Baz/Sudahlah, ruh/pergilah, wallahi maa a'rif/Saya tidak tahu," jika kita tetap nekat bertanya dengan detail. Hal yang paling mungkin terjadi selanjutnya adalah, para penjaga ini akan menunjuk ke enam papan pengumuman besar yang dipasang di depan gerbang Baqi'. Papan yang sama persis seperti yang juga terdapat di Makam Syuhada' Uhud. Papan ini berisi peringatan dan tata tertib ziarah kubur versi pemerintah Arab Saudi, lengkap dengan larangan merokok dan memotret dengan gambar dan simbol-simbol larangan yang sangat besar dan berwarna merah mencolok.  

Padahal pada masa-masa menjelang akhir hayatnya, Rasulullah SAW sering berziarah makam yang terletak di sebelah tenggara Masjid Nabawi ini. Saat itu malam telah menapaki separoh perjalanannya. Malam itu Rasulullah Saw. sedang berada di rumah Aisyah binti Abu Bakar As Shiddiq. Mengira sang istri tercinta telah tidur pulas, tiba-tiba beliau mengambil jubahnya dan mengenakan kedua sandalnya pelan-pelan, lalu membuka pintu dan kemudian keluar pelan-pelan. Melihat hal itu, sang istri tercinta, yang ternyata belum tidur, dengan diam-diam bangun karena merasa cemburu, jangan-jangan beliau akan pergi ke rumah istri beliau yang lain, keluar rumah, dan mengikuti jejak langkah beliau yang sedang menapakkan kaki menuju Makam Baqi‘.
 
Setibanya di makam tersebut, Rasulullah Saw berdiri lama. Lalu, beliau berdoa dengan mengangkat kedua tangannya tiga kali. Ketika beliau membalikkan tubuh dan mulai menapakkan kaki menuju ke arah rumah, Aisyah pun kembali dan mendahului beliau. Dan, begitu beliau kembali ke rumah, Aisyah pun “menginterogasi” beliau, mengapa larut malam begitu pergi ke Makam Baqi‘.

“Aisyah!” jawab Rasulullah Saw. “Sesungguhnya Jibril a.s. datang kepadaku ketika engkau melihatku tadi. Dia lalu memanggilku dengan suara pelan, agar tidak engkau ketahui. Maka, aku menjawab dengan suara pelan agar tidak engkau ketahui. Dia tidak mau masuk ke dalam rumah, karena engkau melepas pakaianmu. Kukira engkau telah tidur pulas, sehingga aku tidak ingin membangunkanmu dan aku khawatir engkau terkejut. Jibrîl mengatakan kepadaku bahwa Allah Swt. menyuruhku untuk mendatangi penghuni Makam Baqi‘ dan memohonkan ampunan bagi mereka.”

“Bagaimana semestinya yang harus kuucapkan kepada mereka, wahai Rasul?” tanya Aisyah binti Abu Bakar As Shiddiq. “Ucapkanlah, ‘Semoga keselamatan tetap dilimpahkan kepada penghuni makam, kaum mukmin dan muslim. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada orang-orang yang telah mendahului kami dan orang-orang yang selepas kami. Dan jika Allah menghendaki, maka sungguh kami akan menyusul kalian.’” jawab Rasulullah Saw.

Imam Muslim ketika meriwayatkan dalam sahihnya dari Aisyah r.a. berkata: Pada suatu saat di larut malam Rasulullah saw. keluar dari rumahnya menuju ke Baqi’ dan bersabda, "Assalamu’alaikum wahai orang-orang mukmin pasti datang apa yg dijanjikan dan ditentukan kelak dan kami insya Allah menyusul kalian di belakang. Ya Allah ampunilah penghuni Baqi’ al-Gharqad’.

Nama Baqi‘ diambil dari nama akar tetumbuhan yang tumbuh di makam itu. Sedangkan Al-Gharqad adalah sejenis pohon berduri yang juga banyak terdapat di makam itu. Selain sering mengunjungi makam itu pada masa-masa menjelang akhir hayatnya, beliau juga pernah menyatakan, barang siapa berpulang di Madinah dan dikebumikan di makam itu, beliau akan memberi syafaat kepadanya.

Baqi juga berarti tanah yang lembut. Artinya bebas dari batu dan kerikil. Model tanah seperti ini dinilai amat cocok untuk pemakaman. Dan karenanya, sejak dahulu, Baqi dijadikan pemakaman bagi warga Madinah. (min/selesai/Laporan langsung Syaifullah Amin dari Arab Saudi).