Warta

Muslimat NU Serukan Refleksi Akhir Tahun

Senin, 26 Desember 2005 | 13:42 WIB

Jakarta, NU Online
Pimpinan Pusat (PP) Muslimat NU mengajak semua masyarakat untuk melakukan refleksi akhir tahun 2005 berkaitan dengan persoalan bangsa yang hingga kini belum terselesaikan. Seruan ajakan tersebut terungkap dalam konferensi pers di kantor PBNU, Jl Kramat Raya Jakarta, Senin (26/12)

Hadir dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum PP Muslimat Khofifah Indar Parawansa. Khofifah—demikian mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan ini biasa dipanggil—menyatakan terdapat beberapa persoalan sosial yang patut untuk dijadikan refleksi akhir tahun.

<>

“Kita lewati saat-saat pergantian tahun ini dengan melakukan refleksi agar ke depan bangsa ini menjadi lebih baik. Banyak persoalan bangsa saat ini yang perlu segera mendapat perhatian,” ujar anggot DPR-RI dari Fraksi PKB ini.

Dikatakannya dalam konferensi pers itu setidaknya ada beberapa persoalan yang menjadi perhatian PP Muslimat NU. Di antaranya adalah maraknya tayangan sinetron di televisi yang terlalu menonjolkan unsur mistiknya. Hal itu bukannya menambah keimanan seseorang, tapi justru akan menyesatkan.

Ditambahkannya juga adalah persoalan menurunnya tatanan nilai dan susila di masyarakat dalam bentuk free sex di luar nikah. Hal itu merupakan sebagai akibat dari tayangan televisi yang berbau pornografi. Oleh karenanya, pada kesempatan itu Khofifah meminta kepada pemilik stasiun televisi agar lebih selektif dalam menampilkan sudut pandang sebuah sinetron.

Selain itu, Khofifah menyebutkan persoalan fenomena busung lapar yang begitu memprihatinkan. “Sepanjang tahun 2005 ini kita melihat terungkapnya beberapa kasus busung lapar yang berujung pada kematian. Ini sebuah ironi bagi bangsa Indonesia yang katanya negara kaya,” tegasnya.

Untuk itu, lanjut Khofifah, PP Muslimat NU telah mengirimkan surat kepada seluruh pengurus wilayah (PW) dan pengurus cabang (PC) Muslimat NU se-Indonesia agar secara pro-aktif ikut membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan.

“Jadi kita meminta kepada pengurus Muslimat di daerah agar mendatangi warga tidak mampu sekaligus memberikan bantuan, baik sembako (sembilan bahan pokok, Red) atau pun yang lain,” terang Khofifah kepada wartawan.

Satu hal lagi fenomena yang tak kalah memprihatinkan dan masih sangat perlu uluran tangan dari semua pihak, yakni nasib korban gempa tsunami yang terjadi setahun silam. Untuk itu, kata Khofifah, PP Muslimat NU bekerjasama dengan Pondok Pesantren Mahyal Ulum, Sibreh, Aceh Besar. Kerjasama itu dalam bentuk pengasuhan 168 anak yatim-piatu korban bencana alam tersebut. Pengasuhan anak-anak korban tsunami itu juga dalam rangka menghindari penjualan anak-anak yang akhir-akhir ini semakin marak.

Sementara itu, imbuh Khofifah, khusus korban tsunami yang perempuan atau ibu-ibu pihaknya sudah membuat women trauma center (pusat pemulihan trauma bagi perempuan) dalam bentuk pelatihan keterampilan menjahit. Program itu dilakukan tidak hanya sebagai pemulihan psikologis, melainkan juga secara sosial.

“Jadi kegiatan ditujukan agar para perempuan korban tsunami itu bisa mengembalikan kepercayaan diri. Bahwa para korban tsunami itu tidak hanya penyembuhan secara psikologis, tapi mereka juga butuh aktivitas yang bersifat sosial,” terang Khofifah. (rif)