Warta

NKRI Terancam Pecah, NU Harus Ambil Peran

Senin, 30 April 2007 | 08:10 WIB

Lumajang, NU Online
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terancam pecah menjadi negara-negara bagian. Hal tersebut terlihat dengan munculnya amandemen Undang-undang Dasar (UUD) 1945. Demikian ditegaskan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur Ali Maschan Moesa.

Ali mengatakan hal itu pada pelantikan dua pengurus Majelis Wakil Cabang (MWC) NU, dan 124 Pengurus Ranting NU se-Kabupaten Lumajang, Jatim, serta peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Gedung PCNU Lumajang, Ahad (29/4) kemarin. Hadiri dalam acara itu unsur Muspida, tokoh masyarakat, pengusaha, serta pengurus partai politik setempat.

<>

Menurut Ali, peran NU sangat dibutuhkan dalam mencegah pecahnya keutuhan NKRI yang kini dalam keadaan sangat rawan. ”NU harus kembali mempertegas untuk kembali ke Khittah 1926, yakni, dengan cara berdakwah seperti yang dipakai para Walisongo. Karena dakwah para Walisongo itu dengan memperbaiki hati, bukan pakai kekerasan,” terang Ali.

Memerbaiki hati, lanjut Ali, mutlak dilaksanakan. Sebab, bila hati baik, sikap dan perbuatan yang dilakukan akan berhubungan. ”Bila hati sudah baik, tidak akan timbul keinginan untuk sirik, pemarah,dan gila jabatan. Kalau sikap negatif tersebut belum berubah, maka kekacauan akan terjadi sewaktu-waktu, dan berakibat perpecahan,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, tanda-tanda perpecahan sudah terlihat di Indonesia, di antaranya munculnya Amandemen UUD 1945, tentang negara federal. Bahkan, ironis lagi, pejabat Indonesia sudah melupakan Pancasila. ”Ini merupakan tanda-tanda, kalau negara kita ini bakal pecah, dan masyarakat sudah mulai melupakan sejarah,” ujarnya.

Terkait bencana yang saat ini sering terjadi, seperti longsor dan banjir, kata Ali, juga bukti kalau hati masyarakat masih belum baik. Sikap serakah, ingin menang sendiri masih terlihat sangat kuat.

”Akibatnya banyak para pejabat dan warganya yang membabat hutan secara berjamaah. Begitu hujan, jadi bencana tanah longsor, tapi diplesetkan menjadi musibah,” pungkasnya.

Padahal, kalau dirunut bencana tanah longsor bukan musibah, tapi dibuat sendiri oleh manusia. ”Kalau pejabat dan rakyatnya tidak serakah, bencana tanah longsor tidak akan terjadi,” tandasnya. (duta)