Warta

NU Diminta Aktif Jembatani Dialog Antar Umat Beragama di Sudan

Senin, 2 Juli 2007 | 08:02 WIB

Jakarta, NU Online
Beberapa kebijakan Pemerintah Sudan misalnya dalam bidang pendidikan, pengajaran bahasa Arab, dan penamaan “Dinar” pada mata uang Sudan, seringkali ditafsirkan sebagai program “Arabisasi” yang secara implisit dikaitkan dengan “Islamisasi”.

Untuk menghilangkan kesalahfahaman itu Kementerian Dakwah dan Wakaf Sudan akan menyelenggarakan International Islamic-Chistian Dialogue Conference (Konferensi Internasional Dialog Islam-Kristen) pada 4-5 Juli mendatang. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sebagai wakil dari Indonesia diminta aktif mewarnai konferensi ini.

Duta B<>esar RI untuk Sudan Tajuddien Noor Bolomalakalu menyatakan, keikutsertaan delegasi dari Indonesia dalam mewarnai konferensi itu sekaligus juga sebagai implementasi darl kesepakatan Indonesia-Sudan di bidang dakwah dan waqaf yang ditandatangani pada 23 Januari 2002 lalu di Khartoum, di mana di dalamnya mengatur tentang kerjasama dakwah, waqaf, haji-umrah dan tasawuf.

“Seandainya tidak terdapat pertimbangan lain kiranya pihak PBNU dapat memberikan respon positif dengan menghadiri undangan tersebut,” kata Duta Besar melalui suratnya kepada PBNU di Jakarta, Senin (2/7).

NU dianggap telah banyak berperan dalam mengembangkan dialog antaragama di dunia, terutama setelah sukses penyelenggaraan International Conference of Islamic Scholar (ICIS) I dan II di Jakarta.

Tema yang akan diangkat dalam Konferensi Internasional Dialog Islam-Kristen di Sudan itu adalah “Keberlanjutan Perdamaian dan Peningkatan Persatuan Nasional” yang disponsori oleh President of the Arab Thought Forum dan Jordanian Royal Institute for Religious Studies yang diketuai oleh YM Pangeran AI-Hasan Bin Talal.

Konferensi di negara berpenduduk 70% muslim itu akan diikuti oleh para pemuka agama dari dunia Arab, Afrika, Eropa, Asia, dan Amerika Serikat, serta sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan tokoh-tokoh terkemuka seperti Syech Al Azhar (Cairo, Mesir).

Dalam konferensi itu akan para delegasi akan mereview berbagai pengalaman sosial keagamaan dalam lingkup intenasional dalam konsep hidup berdampingan secara damai seperti antara lain pengalaman Turki, Jordan, Mesir, Kuwait, Qatar dan negara-negara lainnya.

Konferensi ini juga akan mendiskusikan sejumlah makalah, mengenai status minoritas, kehidupan beragama yang damai dan berdampingan, serta pengalaman-pengalaman relijius lainnya.

Sekjen Kementerian Dakwah dan Waqaf Sudan jauh hari sebelumnya telah mengirimkan undangan kepada PBNU sebagai wakil dari Indonesia.(nam)