Warta

NU-Muhammadiyah Kerja Sama Berikan Modal pada Pengusaha Mikro

Senin, 3 Desember 2007 | 10:26 WIB

Jakarta, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah kembali membuat gebrakan. Kali ini dalam bidang pemberdayaan ekonomi umat. Dua organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia itu sepakat menjalin kerja sama untuk memberikan modal usaha berupa modal usaha bergulir dan modal usaha lunak dengan sistem syariah kepada pengusaha mikro dan kecil.

Kerja sama tersebut terjalin setelah dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman Kerja Sama (MoU) antara Pengurus Besar NU, Pengurus Pusat Muhammadiyah dan Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) di Kantor PP Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya, Jakarta, Senin (3/12)<>

Hadir dalam acara itu, Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua Umum Asbisindo Ahmad Riawan Amin, Ketua Lembaga Perekonomian NU Subyakto Tjakrawerdaya serta Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PP Muhammadiyah Anwar Abbas.

Program pemberian modal usaha itu, untuk pertama kalinya akan dijalankan di wilayah Malang, Jawa Timur. Pondok Pesantren Al-Hikam pimpinan KH Hasyim Muzadi dan Universitas Muhammadiyah Malang, dipercaya sebagai lembaga yang mengawal program tersebut.

Sasarannya adalah para pedagang kecil atau pedagang kaki lima dengan modal Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta di wilayah Malang. Para pedagang kecil itu dipilih karena modal usaha mereka tidak tersentuh lembaga perbankan pada umumnya dan justru terjerat utang berbunga besar dari para rentenir lokal.

“Mereka tidak mungkin berhubungan dengan bank. Jangankan berhubungan, masuk ke bank saja, mereka tidak mungkin. Karena jumlah pinjaman yang mereka butuhkan terlalu kecil. Mereka juga tidak bisa memberikan agunan dan tidak bisa membayar bunga,” terang Hasyim dalam sambutannya usai penandatanganan MoU itu.

Menurut Hasyim, program yang bersifat kemitraan itu merupakan bagian dari langkah nyata untuk meningkatkan perekonomian umat, khususnya masyarakat kecil. Pasalnya, ia mengaku beberapa kali menawarkan program serupa kepada sejumlah lembaga perbankan, namun tidak ada respon.

“Tidak ada yang mau. Alasannya, karena tidak masuk dalam schedule bank mana pun di dunia ini,” ujar mantan Ketua Pengurus Wilayah NU Jatim itu.

Senada dengannya, Din mengungkapkan, kerja sama dua ormas Islam terbesar di Indonesia itu merupakan bagian dari usaha memberdayakan ekonomi rakyat kecil serta mengimbangi kekuatan ekonomi kapitalisme global.

Menurut Din, kemiskinan yang terjadi di negeri ini merupakan akibat dari negara yang tidak lagi berpihak secara sejati kepada rakyatnya. Namun, NU dan Muhammadiyah, katanya, tidak mau berputus asa atas kondisi tersebut.

“Sembari kita menuntut kepada negara atau pemerintah agar tidak bertekuk lutut kepada kapitalisme global,” tegas Din. (rif)