Warta

Pak Ud Ajak Santri Tebuireng Doakan Cak Nur

Senin, 29 Agustus 2005 | 13:07 WIB

Surabaya, NU Online
Pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang KH Yusuf Hasyim (Pak Ud) mengajak santrinya untuk mendoakan cendekiawan muslim Prof Dr Nurcholish Madjid atau Cak Nur (66) yang wafat di RS Pondok Indah, Jakarta pada Senin (29/8) pukul 14.05 WIB.

“Cak Nur itu berasal dari Bareng, Jombang dan sering singgah ke Tebuireng, karena itu saya akan ajak santri sini untuk mendoakan almarhum," katanya di Jombang, Senin.
 
Menurut putra pendiri NU Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari itu, dirinya tidak tahu apakah keluarga Cak Nur akan melakukan tahlil (doa-doa untuk orang yang meninggal dunia) untuk Cak Nur di Jakarta, namun dirinya akan mendoakan Cak Nur dari jauh.

<>

"Cak Nur itu sempat singgah ke Tebuireng sebelum berangkat kuliah di Chicago, AS. Saat itu, dia banyak bicara tentang masa depan Islam yang digambarkan sangat buram dan akan banyak konflik akibat kepentingan asing yang masuk ke Indonesia," katanya.

Paman Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid, mantan presiden RI) itu menjelaskan Cak Nur sebenarnya ingin menjangkau realitas dengan idealisme-nya, namun dia seringkali terganjal dengan jarak antara realitas dan idealisme yang sangat jauh.

"Dia ingin menjadi capres tanpa melalui partai, melainkan melalui pendekatan kultur, namun idealisme itu dimentahkan realitas partai politik yang ingin capres berasal dari parpol. Dia mencoba maju lewat Golkar, tapi dia menemukan jarak realitas dengan idealismenya," katanya.

Mantan politisi PPP itu menilai Cak Nur sebenarnya nyaris menemukan momentum saat Pak Harto membentuk Komisi Reformasi yang melibatkan Cak Nur, Cak Nun, Amien Rais, Malik Fadjar, dan tokoh nasional lainnya, namun komisi tak terbentuk karena banyak yang mundur.

"Jadi, Cak Nur ingi memperpendek jarak antara realitas dan idealisme, meski belum terlaksana hingga dia wafat. Cak Nur mengajarkan jika jarak idealisme dan realitas menjadi pendek, maka kita tidak akan mengumbar jargon dan janji semata kepada rakyat," katanya.

Cak Nur merupakan cendekiawan muslim yang dilahirkan di Jombang, Jawa Timur pada 17 Maret 1939 dan meninggal dunia di ruang 4403 Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta pada Senin (29/8) pukul 14.05 WIB, karena sakit.

Jenazah yang disemayamkan dan disholatkan di Kampus Universitas Paramadina itu dan rencananya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta, pada Senin (29/8) sekitar pukul 20.00 WIB.

Cak Nur lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga kiai terpandang di Mojoanyar, Jombang, Jawa Timur. Ayahnya, KH Abdul Madjid, dikenal sebagai pendukung Masyumi.

Setelah melewati pendidikan di berbagai pesantren, termasuk Gontor di kabupaten Ponorogo, ia menempuh studi kesarjanaan di Institut Agama Islam Nasional (IAIN) Jakarta (1961-1968), kemudian  menjalani studi doktoral di Universitas Chicago, Amerika Serikat (1978-1984).

Dengan disertasi tentang filsafat dan khalam Ibnu Taimiya, ia menyelesaikan program doktoralnya itu. Mantan ketua umum PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada tahun 1970-an itu disebut-sebut sebagai ikon pembaruan pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia.(ant/mkf)