Jakarta, NU Online
Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan menggelar halaqah (pelatihan) bagi pengurus syuriah di tingkat Pengurus Wilayah NU se-Indonesia. Kegiatan yang bakal diselenggarakan di Jakarta pada 12-15 Juni mendatang itu dilakukan dalam upaya meningkatkan peran lembaga Syuriah sebagai kekuatan utama di NU.
Wakil Rais Syuriah PBNU yang juga penggagas acara tersebut, KH Tolchah Hasan, mengungkapkan, selama ini peran lembaga Syuriah di NU memiliki wewenang yang sangat besar sebagaimana termaktub dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga NU. “Namun sayangnya, peran itu belum dimanfaatkan dengan baik,” katanya kepada NU Online m>di Jakarta, Senin (11/6)
Menurut Kiai Tolchah—begitu panggilan akrabnya—permasalahan sebenarnya bermula dari anggapan bahwa semua kiai dan pengasuh pondok pesantren merupakan orang yang layak menempati posisi Syuriah. Padahal, katanya, keduanya memiliki fungsi dan peran yang berbeda.
Mantan Rektor Univeritas Islam Malang, Jawa Timur, itu, menjelaskan, kiai atau ulama memiliki peran keilmuan agama dan moral sehingga menjadi panutan masyarakat. Sementara, seorang pengurus syuriyah harus memiliki peran-peran kepemimpinan, memahami dinamika umat dan tata kerja organisasi.
Karena itu, lanjutnya, lembaga Syuriah harus memahami dinamika yang terjadi dalam masyarakat yang dipimpinnya agar kebijakan yang dikeluarkan selaras dengan kepentingan masyarakat.
“Yang kami khawatirkan adalah apabila paradigma yang dipakai oleh Syuriah sudah berbeda dengan yang berkembang di tengah masyarakat. Kalau itu sampai terjadi, maka akibat yang timbul pertama kali adalah kredibilitas Syuriah di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang dinamis mengalami penurunan,” terang Kiai Tolchah.
Ia menambahkan, jika hal ini terjadi, maka wibawa Syuriah yang selama ini menjadi panutan, menjadi pudar. Karena itu, upaya-upaya peningkatan peran Syuriah dengan memberikan pelatihan kepemimpinan dan keorganisasian, dianggap penting.
Selain itu, ungkapnya, pesantren sebenarnya sudah cukup memadai untuk melahirkan para pemimpin. Tinggal memberi tambahan sedikit beberapa materi yang diperlukan yang bisa dilakukan dalam waktu tak terlalu lama. Banyak juga kader potensial pesantren yang belum bisa direkrut karena mekanisme yang belum sempurna.
Sumber rekrutmen Syuriyah lainnya, ujarnya, bisa diperoleh dari kampus. Mereka memiliki kemampuan keorganisasian dan kepemimpinan yang cukup memadai. Sayangnya, para intelektual ini tak terlalu dekat dengan masyarakat, padahal komunitas NU adalah komunitas ‘bawah’.
“Di satu sisi mereka bagus, tetapi mereka tidak akrab. Seorang Syuriyah adalah mereka yang hidup sehari-hari di tengah-tengah masyarakat. Jadi, nanti kiai-kiai kampus kita tarik ke bawah supaya mereka bisa lebih paham tentang umat yang ada di bawah. Tapi kiai-kiai yang dari pesantren di kampung-kampung, harus kita angkat supaya mereka bisa melihat masalah itu lebih luas,” pungkasnya.
Sementara itu, Kholil Nafis, Panitia Pelaksana acara itu, mengungkapkan, halaqah tersebut akan diikuti para pengurus Syuriah di tingkat pengurus wilayah NU yang masing-masing akan mengirimkan 2 orang utusan. Utusan yang yang dikirim, katanya, pengurus Syuriah yang masih muda dan diharapkan menjadi pemimpin di masa mendatang. (mkf)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
Terkini
Lihat Semua