Jakarta, NU Online
Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Tolchah Hasan berpendapat, tidak semua kiai layak untuk menjadi pengurus syuriah. Mereka harus memiliki dimensi sosial dan dimensi administratif. “Jadi sebetulnya kalau menjadi syuriah itu harus kiai plus,” tuturnya dalam sebuah pertemuan di PBNU beberapa waktu lalu.
Mantan Menteri Agama era pemerintahan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu menjelaskan, pada tahun 1977 di Yogyakarta terdapat perumusan tentang kiai. “Mereka ilmunya di atas rata-rata, integritas moralnya dijamin, dan diakui masyarakat. Malah ada yang guyon (gurauan) satu lagi, apa itu ya? nasab. Ya boleh itu,” katanya.
<>Dijelaskan, syuriah memiliki peran sebagai sebagai pemimpin, pengarah, pengambil keputusan, sekaligus pembina. Di dalam kepemimpinan, seorang syuriyah harus bisa mempengaruhi orang lain pada tiga hal
“Pertama, dalam masalah pengambilan keputusan, kalau memutuskan saja gampang, tapi mempertimbangkan kalau mau memutuskan suatu itu apa saja yang harus diperhatikan. Bagaimana keputusan itu bisa mudah diterima oleh orang lain; lalu bagaimana keputusan ini bisa mempengaruhi orang lain supaya mau diajak menjalankan keputusan,” katanya.
Prinsip-prinsip kepemimipinan menghadapi umat seperti ini yang harus diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan dan keorganisasian di NU karena prinsip keorganisasian tersebut sifatnya universal seperti prinsip pendelegasian kewenangan, prinsip jenjang hirarki, span of control dan lainnya.
“Ini setidak-tidaknya harus dipahami oleh para syuriah kita itu, kemudian nanti diterapkan di dalam memimpin organisasi NU,” paparnya.
Kiai Tolchah menambahkan, dalam masalah kepemimpinan, para kiai tidak bisa semata-mata mengandalkan kepada hizib. “Hizib itu pendukung, lho ya, bolehlah kita membaca wiridan dalail, boleh hizib apa saja boleh, tapi teori kepemimpinan itu sendiri harus dipahami supaya nanti teori kepemimpinan yang sudah kita kuasai itu didukung oleh dalail, kan insya-Allah akan lebih bagus, kan begitu – lebih mandi (ampuh), lah itu,” tandasnya.
“Dari berbagai masalah seperti itu, PBNU berniat meningkatkan keterampilan berorganisasi agar supaya syuriyah NU dari seluruh tingkatan bukan sekedar alim atau abid, tapi juga memiliki wawasan yang cukup luas, mempunyai satu keterampilan dalam berorganisasi dan keterampilan di dalam memimpin umat ini dengan lebih baik,” katanya. (mkf)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
Terkini
Lihat Semua