Warta

PBNU-British Council Jalin Kerja Sama Pembelajaran Bahasa Inggris

Rabu, 31 Oktober 2007 | 11:40 WIB

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan British Council—organisasi internasional Inggris untuk kebudayaan dan pendidikan—sepakat menjalin kerja sama dalam bidang pembelajaran Bahasa Inggris bagi santri di pondok pesantren NU.

Kerja sama itu dimulai sejak ditandatanganinya Nota Kesepahaman Kerja Sama (MoU) oleh Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi dengan Direktur British Council Mike Hardy di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Rabu (31/10) siang.<>

Mike Hardy, dalam sambutannya mengatakan, kerja sama untuk pengembangan kemampuan pengajaran guru-guru Bahasa Inggris di pesantren NU itu hanya dilakukan dengan NU, tidak dengan organisasi kemasyarakatan Islam lainnya.

“Ini merupakan kerja sama spesial. Karena, NU sebagai organisasi besar, yang mempunyai massa jumlah besar, memiliki watak moderat dan pluralis,” ungkap Mike menjawab pertanyaan wartawan tentang alasannya bekerja sama dengan NU.

Selain itu, kata Mike, pihaknya telah mengamati perkembangan pemikiran di kalangan NU, terutama pada kalangan mudanya, belakangan ini. Menurutnya, hal tersebut merupakan fenomena yang menggembirakan, namun ada kendala, yakni bahasa.

Pemikiran yang bagus, katanya, akan sulit terkomunikasikan bila tidak disampaikan melaui bahasa yang digunakan secara umum oleh masyarakat dunia, yaitu Bahasa Inggris. Apalagi, saat ini merupakan era teknologi informasi global.

“Kita lihat perkembangan internet. Para santri bisa mengakses internet untuk mendapatkan informasi. Untuk bisa mengakses dengan maksimal, maka, bahasa adlaah factor yang utama,” terang Mike di hadapan para ketua pengurus wilayah NU se-Indonesia itu.

Sementara itu, Hasyim mengatakan, kerja sama antara PBNU dengan British Council merupakan kerja sama panjang yang unik. Karena fokusnya adalah bidang pendidikan, pertukaran ilmu pengetahuan dan pertukaran guru.

“Kerja sama ini juga untuk membangun sikap saling toleran. Karena NU juga punya forum internasional; International Conference of Islamic Scholars (ICIS) yang bisa menjembatani antara Barat dan Timur (Islam),” terang Hasyim yang juga Sekretaris Jenderal ICIS.

Program pembelajaran Bahasa Inggris itu, pada awalnya akan diberikan kepada guru-guru Bahasa Inggris di 14 pondok pesantren utama di Jawa Timur. Kemudian akan dilanjutkan pada pesantren lainnya.

Seluruh program pelatihan itu dijadwalkan rampung hingga April 2008. Program tersebut juga akan diikuti workshop untuk mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilakukan.

Kerja sama PBNU dengan British Council tersebut bukan pertama kalinya. Sebelumnya telah dilaksanakan Program Pelatihan Manajeman Pendidikan di Universitas Leeds, Inggris. Program yang diikuti para ustaz dan guru di pesantren itu telah berjalan tiga kali.

Februari mendatang, PBNU dan British Council akan memberangkatkan lagi para ustaz dan guru pesantren. “Dan, itu berarti sudah keempat kalinya,” ungkap Ketua PBNU Masykuri Abdillah yang turut mendampingi Mike pada kesempatan tersebut. (rif)