Warta

Pembangunan Tembok pembatas Sunni-Syiah Ditentang Keras

Kamis, 26 April 2007 | 00:30 WIB

Baghdad, NU Online
Langkah tentara Amerika Serikat membuat tembok pembatas di sekeliling daerah kantong Sunni di Bagdad ditentang keras oleh berbagai kalangan, termasuk Presiden Irak Jalal Talabani. Tembok setinggi 12 meter yang dibuat dari beton seberat enam ton itu dinilai sebagai strategi AS untuk mengotak-kotakkan masyarakat Sunni dan Syiah di kota itu.

"Saya tidak setuju dengan perintangan seperti itu. Saya tidak percaya bahwa itu baik. Kita bisa mendirikan perintang tidak kasar," kata Jalal Talabani pada jumpa pers di kota Kurdi, Sulaimaniyah, Irak utara, Rabu (25/4).

<>

Perdana Menteri Nuri Maliki telah memerintahkan penghentian pembuatan tembok beton sepanjang lima kilometer itu di sekeliling kabupaten Adhamiyah, yang kata panglima Amerika Serikat untuk melindungi warga.

Warga di daerah Sunni Adhamiyah dan wilayah Syiah di dekatnya, kota Sadr, menuduh tentara Amerika Serikat mencoba membuat ibukota Irak menjadi daerah kantong aliran, tapi jurubicara Irak dan Amerika Serikat menyatakan tembok itu untuk menggagalkan serangan pejuang.

Namun beberapa pejabat Amerika Serikat Senin (23/4) berusaha meredam kemarahan rakyat Irak sehubungan dengan pembangunan tembok itu dan mengatakan proyek itu bersifat sementara.

Dikatakan, tembok tersebut bagian dari siasat keamanan pimpinan negara adidaya itu guna menenangkan Bagdad dan didukung pasukan keamanan Irak. ”Kami akan melanjutkan pekerjaan dengan pemerintah Irak ke depan," kata jurubicara Pentagon Bryan Whitman.

Whitman dan pejabat lain Amerika Serikat menyatakan tembok itu untuk melindungi warga Adhamiyah dari serangan pengikut aliran lain dan mencegah wilayah Sunni tersebut digunakan sebagai tempat menyulut kerusuhan terhadap daerah Syiah di dekatnya.

Sementara itu warga Bagdad dan politikus Irak dari kedua kubu berbeda secara kompak menentang pembangunan tembok itu dan menyatakannya akan menambah parah perpecahan antar-aliran agama di ibukota Irak tersebut. Ratusan warga Baghdad Senin (23/4) lalu melakukan unjukrasa di Adhamiyah. (ant/ruth/nam)