Warta

Peringati Tujuh Hari Gempa, NU Gelar Tahlil Kubro

Ahad, 4 Juni 2006 | 12:00 WIB

Bantul, NU Online
Tujuh hari pascagempa di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), diperingati dengan tahlil kubro oleh warga Nahdlatul Ulama (NU) di Pleret, Sabtu (03/6) malam kemarin. Selain dihadiri warga setempat, hadir pula sejumlah pengurus harian Pengurus Wilayah NU DIY dan tim relawan NU yang tergabung dalam Tim Solidaritas Kemanusiaan (TSK) NU.

Kontributor NU Online di Bantul, Syukron Makmun, melaporkan, meski digelar di antara puing-puing reruntuhan bangunan, acara ini berlangsung khidmat. Tahlil yang dimulai pukul 19.00 WIB berlangsung khidmat dan dalam suasana yang mengharukan. Pasalnya daerah Pleret merupakan salah satu daerah yang terparah di Bantul, dengan korban meninggal 684 jiwa, 4078 luka berat, 99 luka ringan, dan 95 persen rumah rata hancur dan rata dengan tanah.

<>

Prof Dr KH Machasin yang merupakan Ketua Syuriah PWNU DIY, dalam taushiyah-nya mengimbau semua warga untuk bersabar dan mampu mengambil hikmah dari bencana ini. Bencana yang ditimpakan pada warga Yogyakarta dan sekitarnya merupakan cobaan dari Allah, bukan azab.

"Sudah banyak nikmat yang diberikan pada kita semua, bencana ini belum seberapa jika dibanding dengan nikmat-Nya. Bencana ini bukan laknat dari Allah melainkan cobaan, karena kita harus mampu mengambil hikmahnya. Mungkin kita akan menjadi lebih dewasa dan kuat mengatasi kesulitan", pesan Machasin.

Lebih lanjut Machasin meminta agar semua warga tetap optimis menghadapi kehidupan ke depan, karena dengan penuh kesabaran dan kepercayaan, Allah akan senantiasa menolong, membantu dan melindungi umat-Nya.

Seusai tahlil tersebut, TSK NU juga menggelar rangakaian acara sambung rasa, yakni curahan dari hati ke hati. Dalam kesempatan itu sejumlah warga mengungkapkan keluhan-keluhannya selama bencana ini.

"Semenjak bencana menimpa, kami kehilangan rumah dan sekarang terpaksa harus tidur di tenda-tenda. Beberapa di antara anak-anak kami juga mulai terserang diare, flu. Karenanya kami mohon ini juga diperhatikan oleh siapa pun", demikian ungkap Ahmad Adi, salah satu wraga yang mengaku rumahnya hancur. Bebarapa warga juga mengeluhkan minimnya sarana MCK yang ada.

Pada kesempatan ini, TSK NU juga memberikan sumbangan 24 sak beras dan sejumlah paket peralatan sholat. Koordinator lapangan (korlap) TSK NU, Munsoji, mengungkapkan bahwa tujuan diadakan acara ini dimaksudkan untuk mendoakan saudara-saudara yang telah tiada dan juga terapi spiritual bagi warga yang ditinggalkan.

"Acara ini dilakukan sebagai salah satu upaya pengobatan secara spiritual untuk pemulihan kondisi mental dan psikologi warga akibat dari gempa bumi yang melanda 7 hari yang lalu, sekaligus berdoa memohon kepada Allah agar amal baik para syuhada'ullah senantiasa diterima di sisi-Nya", ungkap Munsoji.

Selian itu, Munsoji menambahkan bahwa tahlilan merupakan bagian dari tradisi warga nahdliyin. (ron)