Warta Interpelasi DPR Soal Nuklir Iran

PMII: Bukan Sidang Komisi, Presiden Harus Datang Langsung

Senin, 4 Juni 2007 | 10:00 WIB

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar (PB) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) mengkritik keras sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dipastikan tidak akan hadir untuk menjawab hak interpelasi DPR pada Sidang Paripurna, Selasa (5/6) besok.

PB PMII menilai, sidang yang akan meminta pertanggungjawaban Presiden terkait dukungan Pemerintah terhadap Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (DK PBB) nomer 1747 soal program nuklir Iran itu, merupakan sidang yang sangat penting sehingga tak bisa diwakilkan oleh menteri.

<>

“PB PMII meminta kehadiran Presiden secara langsung. Karena masalah sepenting ini melibatkan berbagai departemen. Ini Sidang Paripurna bukan Sidang Komisi. Rencana kehadiran Menko Polhukam Widodo AS dalam sidang interpelasi, tidak cukup mewakili Presiden untuk menjelaskan masalah sepenting dan setrategis itu,” terang Ketua Umum PB PMII Heru Haryanto Azumi kepada wartawan di Jakarta, Senin (4/6)

Sebelumnya, Menteri Sekretaris Negara Hatta Radjasa menegaskan, Presiden tidak akan hadir untuk menjawab hak interpelasi DPR dan akan diwakili Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Widodo AS.

"Surat Presiden sudah diserahkan kepada Ketua DPR dan biasanya nanti akan dibacakan. Saya tidak baik menyampaikan sesuatu yang mendahului surat tersebut," katanya, saat Rapat Kerja di Komisi II DPR di Jakarta, Senin.

Menurut Hatta, isi surat itu di antaranya adalah ucapan terima kasih Presiden kepada DPR dan menegaskan kehadiran Menko Polhukam dan beberapa menteri lainnya untuk menghadiri sidang tersebut.

Hery mengingatkan kepada Pemerintah bahwa Iran adalah produsen minyak terbesar keempat di dunia yang sangat berpengaruh dalam menentukan harga minyak dunia. Jika negara pimpinan Presiden Mahmoud Ahmadinejad itu diisolasi atau diserang secara militer karena tidak taat pada Resolusi DK PBB tersebut, maka maka pasokan minyak ke seluruh penjuru dunia akan terganggu. “Akibatnya, harga minyak akan membumbung tinggi,” jelasnya.

Menurutnya, Indonesia yang juga negara pengimpor minyak dan Iran adalah salah satu sumber minyak dalam negeri, ketidakstabilan politik dan ekonomi Iran atau kawasan Teluk Persia, secara umum akan berpengaruh terhadap harga minyak dalam negeri. (rif)