Warta

Sekolah Alam Menjadi Model Sekolah Alternatif

Ahad, 4 September 2005 | 14:09 WIB

Jakarta, NU Online
Belajar di kelas dengan hanya membaca buku serta mempelajari teori ternyata cenderung membosankan dan kurang memberikan hasil yang maksimal bagi siswa. Belakangan, mulai bermunculan sekolah alam (SA) yang menyatukan siswa dengan alam sekitarnya sebagai sebuah alternatif metode belajar baru yang menawarkan hasil yang lebih baik.

“Alam adalah laboratorium terbesar yang diciptakan oleh tuhan. Dari situlah kita bisa belajar banyak hal,” demikian diungkapkan oleh Taufik dari Sekolah Alam Ciganjur disela-sela acara work shop dan talk show di SA Dik Doank, Tangerang (4/09).

<>

Dikatakannya bahwa dengan model sekolah ini siswa bisa bebas berekspresi dan gembira menerima pelajaran. Siswa mendiskusikan hal-hal yang mereka temui di lapangan dengan teman dan guru. Disekolah ini pelajaran teori di kelas waktunya dialokasikan 50 persen dan sisanya dilapangan.

Saat ini sudah lebih dari 200 siswa yang belajar di sekolah tersebut dengan masing-masing kelas maksimal 22 orang. Juga tersedia kelas khusus seperti mereka yang mengalami keterbelakangan mental.

Sekolah yang berbasis pada alam terus berkembang sesuai tuntutan masyarakat yang menginginkan agar anak-anak mereka, terutama dari daerah perkotaan lebih mengenal lingkungan tempat mereka hidup. Di beberapa daerah seperti di Bogor dan Bandung sudah berdiri sekolah alam. Bahkan Dik Doank, salah satu presenter juga terketuk hatinya untuk turut mendirikan SA di Tangerang.

Dik Doank mengungkapkan bahwa SA ini merupakan bentuk perhatiannya terhadap dunia pendidikan di Indonesia karena pendidikan harus melibatkan semua fihak “Dari alam mereka bisa belajar mengapa daun itu jatuh ke bawah,  mengapa sampah plastik tidak bisa membusuk, dan banyak hal lainnya,” tandasnya.

Untuk meningkatkan kemampuan siswa, SA Dik Doank yang masuk setiap hari Minggu kali ini bekerjasama dengan SMPN 92 Jakarta dan British Council menggelar lomba penelitian dan kajian visual kondisi air di sungai samping sekolah tersebut. Mereka meneliti binatang apa saja yang masih bisa hidup di sungai, bagaimana Ph air sungai dan faktor-faktor lainnya. Dari situ mereka menyimpulkan kualitas airnya. Bagi anak-anak terdapat lomba menggambar yang diiringi musik yang dinyanyikan oleh Nugie.

Baik SA Ciganjur maupun SA Dik Doank juga telah lama menjalin kerjasama dengan British Council melalui program Montage, sebuah program masyarakat virtual berbasis pengetahuan. Dengan melalui internet, para siswa dari seluruh dunia dapat berinteraksi untuk meningkatkan pengetahuan yang mereka miliki.(mkf)