Menyadari pentingnya media sebagai ujung tombak, pemimpin muslim di Amerika Serikat (AS) baru-baru ini meluncurkan siaran langsung bincang-bincang dari Washington. Tujuan acara tak lain untuk memberi presepsi akurat tentang komunitas muslim di sana.
"Kami satu-satunya suara muslim di sebuah radio populer—New World Radio WUST 1120 AM—di ibu kota negara," ujar Mahdi Bray, penyiar radio program tersebut, seperti dikutip IslamOnline.<>
Dalam siaran 30 menit berjudul "The Crescent Report", Bray menggagas menarget 1,5 juta pendengar di kawasan Washington. Acara yang dimulai pukul 11.30 hingga 12.00 siang itu bertujuan memaparkan keyakinan Islam secara akurat kepada pendengar AS.
"Misi untuk menyiarkan acara itu ialah menyajikan suara otentik komunitas muslim di AS dan mempresentasikan presepsi sebenarnya di hadapan dunia lebih luas," ujar Bray yang juga menjabat direktur Yayasan Kebebasan Masyarakat Muslim Amerika (MAS).
Acara pertama telah mengudara pekan lalu, dipandu Keith Ellison, anggota Konggres muslim pertama di AS. Dalam bincang-bincang, Keith membawakan tema prospek dan tantangan yang dihadapi muslim AS—yakni diprediksi berjumlah mendekati 7 juta orang.
"Respons dari pendengar sangat luar biasa," ujar Bray seraya menambahkan jika MAS berencana melebarkan jam siar acara menjadi satu jam setelah empat bulan. "Ini langkah maju menuju media independen muslim," kata Bray.
Ia juga mengatakan acara tersebut terbuka bagi pendengar yang ingin mengutarakan pendapat tentang berbagai isu.
"Berita dan isu-isu terkini, politik, Islam, acara kebudayaan, hak dan tanggung jawab sipil dan keagamaan, ekonomi Islam, dan bahkan topik seperti fesyen bisa menjadi subyek diskusi kami dalam acara tersebut," papar Bray.
Ia menambahkan jika bintang tamu tidak akan dibatasi dari AS saja. "Mereka dapat dari mana saja," ungkap Bray.
Acara tersebut kontan saja mendapat dukungan dan simpati dari kalangan muslim di AS, terutama di Ibu Kota. Ibrahim Abdil-Mu'id Ramey, yang juga menjadi salah satu penyiar pembawa acara mengatakan program radio itu alat efektif untuk meraih perbedaan baik komunitas muslim dan nonmuslim di Washington DC.
Jameel Hussain, 34 tahun, seorang supir taksi pun mengaku bangga mendengarkan siaran tentang muslim yang dibawakan muslim di jantung AS tersebut.
"Sejauh ini yang selalu kita dengar di media-media arus besar, muslim adalah teroris. Namun siaran ini, saya yakin, akan mengubah presepsi muslim sebagai bangsa beradab dan Islam sebagai agama damai," ungkap Jameel.
Tidak bisa dipungkiri, pengaruh tragedi WTC 11 September masih terasa hingga kini. Muslim di AS menjadi sensitif terhadap pengikisan hak-hak sipil, dan meyakini jika Amerika menyerang keyakinan mereka.
Rabi Eric Yoffie, presiden pergerakan Yahudi terbesar di AS pun menyadari itu, dan menuduh AS serta para politisi telah sengaja menghitamkan Islam dan menggambarkan muslim sebagai iblis.
"Acara itu menjadi langkah penanda ke arah yang tepat," ujar Hakeem Khan, seorang penjual toko muslim di kawasan Washington DC. Ia sendiri menginginkan durasi siaran diperpanjang satu jam. " Tanpa gema dan media independent seperti yang mereka gagas, muslim bisa jadi tak pernah dapat tempat dan alasan untuk berada di masyarakat Amerika," kata Hakeem lagi. (dar)
Terpopuler
1
Sosiolog Sebut Sikap Pamer dan Gaya Hidup Penyebab Maraknya Judi Online
2
Menkomdigi Laporkan 80 Ribu Anak Usia di Bawah 10 Tahun Terpapar Judi Online
3
Komisi III DPR Singgung Judi Online Masuk Kategori Kejahatan Luar Biasa
4
Kabar Duka: KH Munsif Nachrowi Pendiri PMII Wafat
5
Besok Sunnah Puasa Ayyamul Bidh Jumadal Ula 1446 H, Berikut Niat dan Keutamaannya
6
Khutbah Jumat: Peran Ayah dalam Kehidupan Keluarga
Terkini
Lihat Semua