Warta

Tonjolkan Bidang Pendidikan Wujudkan Masyarakat Madani

Jumat, 2 September 2005 | 07:17 WIB

Palu, NU Online
Sekjen PB Nahdlatul Ulama (NU), DR Endang Turmuzi MA, mengatakan untuk mewujudkan masyarakat yang madani, perlu meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.

"Melalui proses pendidikanlah orang akan menjadi cerdas dan jiwanya terbangun sehingga cita-cita mewujudkan masyarakat madani bisa tercapai," katanya pada acara Muskerwil PW NU Sulawesi Tengah (Sulteng) di Wisma Haji Palu, Kamis malam.

<>

Endang  mengungkapkan  saat  ini  terdapat lebih 16 ribu sekolah kelolaan NU yang berdiri sendiri tanpa bantuan pemerintah, padahal merupakan sebuah wujud komitmen muktamar NU beberapa waktu lalu yang lebih  mengedepankan  pengembangan  dakwah  serta pendidikan. Sekolah-sekolah dimaksud, yaitu mulai dari Madrasah Diniyah (TK) hingga Aliyah (SLTA).

Ia mengatakan, untuk mendukung peningkatan kualitas di bidang pendidikan, PBNU akan terus melakukan berbagai bentuk kerjasama dengan instansi pemerintah di dalam negeri serta lembaga-lembaga pendidikan asing.

Bentuk kerjasama yang dibangun, menurut dia, bisa melalui pendidikan formal maupun dalam program-program pelatihan (training).

Turmuzi juga mengatakan, dewasa ini sudah ada 20 orang pimpinan pondok pesantren yang dikelola NU mendapat kesempatan mengikuti pelatihan dalam program manajemen pendidikan di Inggris. "Kegiatan ini berlangsung selama sebulan penuh," tuturnya.

Dia berharap dengan adanya program kerjasama seperti itu, pondok pesantren dan sekolah swasta yang dibangun organisasi NU ke depannya tidak ada lagi yang dikelola secara asal-asalan, tetapi sudah menggunakan manajemen pendidikan modern.

Tentang  pembangunan  masyarakat madani itu sendiri, Turmuzi mengatakan perlunya meninjau dan menata kembali sistem yang dibangun dalam di Tanah Air, sebab apa yang ada dalam masyarakat madani semua prinsip yang terkandung di dalamnya  sudah  dimiliki semisal toleran dengan segala perbedaan.

Ia mengakui dalam mewujudkan masyarakat madani itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, sebab kenyataan yang ada sangatlah sulit untuk mengaplikasikannya.

Sebagai contoh misalnya, "kita sering menyuruh orang lain toleran terhadap sesuatu, tapi ketika kita dihadapkan perbedaan pendapat dengan anak kita, orangtua sendiri justru tidak bersedia menerima".

Turmuzi menambahkan, di Provinsi Sulteng saja pernah mengalami persinggungan antar berbagai kelompok yang ada, padahal persinggungan itu sebenarnya dapat dihindari jika semua pihak mempunyai jiwa yang madani atau jiwa demokratis.

Karena itu, katanya, sudah saatnya dilakukan peninjauan kembali terhadap konsep toleransi, dengan antara lain mengajarkan sikap menghargai segala perbedaan kepada anak-anak sebagai generasi penerus bangsa Indonesia.

Musker NU tingkat Provinsi Sulteng yang dibuka Gubernur Aminuddin Ponulele itu, diikuti Pengurus NU dari sembilan kabupaten/kota setempat.(ant/mkf)