Wawancara

LPNU Sragen Upayakan Nahdliyin Nikmati Keuntungan Ekonomi

Sabtu, 3 Maret 2018 | 05:30 WIB

LPNU Sragen Upayakan Nahdliyin Nikmati Keuntungan Ekonomi

Wakil Ketua LPNU Sragen Sugito

Pengurus Cabang Naldatul Ulama (PCNU) Kabupaten Sragen Jawa Tengah, selain aktif menggeliatkan kemandirian melalui Kotak Infak (Koin) NU yang dikoordinir oleh NU Care-LAZISNU Sragen juga menggerakkan perekenonomian melalui Lembaga Perekonomian Nahldatul Ulama (LPNU).

Beberapa langkah telah dilakukan, diantaranya mengajak pengusaha aktif untuk tergabung dengan LPNU Sragen. Upaya menumbuhkan pengusaha baru juga dilakukan melalui Nusantara Etrepreneur School (NES), di mana para calon pengusaha diberi pengenalan tentang dunia usaha serta diberikan bimbingan kepada para alumni.

Untuk mengupas hal tersebut sekaligus mengetahui kaitan gerakan LPNU Sragen dengan Koin NU, wartawan NU Online Kendi Setiawan mewawancarai Wakil Ketua LPNU Sragen Sugito. Berikut petikannya. 

Bisa diceritakan sejauh ini seperti apa gerakan LPNU Sragen?
Saya akan mulai dari apa yang menjadi visi LAZISNU Sragen dengan Koin (Kotak Infak) NU-nya. Koin NU ini kami pahami kita ini masih sebatas menerima. Yang lebih bisa diterima masyarakat atau jamaah sebenarnya adalah kita harus gantian memberi.

Memberi adalah kontribusi kita dalam bentuk nyata dalam konteks konsep pemberdayaan ekonominya. Dinamika dan wacana ini berkembang sebenarnya seiring dengan kawan-kawan telah memulai dengan adanya NU Trans yang berangkat dengan Koin NU. 

(NU Trans merupakan salah satu usaha LPNU Sragen dengan dukungan PCNU. Pembelian dan pengelolaan NU Trans memanfaatkan Koin NU Sragen).

Selanjutnya seperti apa?
Teman-teman (LPNU) lalu berkoordinasi membuat NES atau Nusantara Entrepreneur School. NES  saat ini sudah berjalan juga. Kemudian LPNU melakukan pendampingan kawan-kawan yang sudah sekolah di NES. Ini adalah langkah konkret dalam konteks LPNU menjadi coaching kepada teman-teman baik yang akan memulai usaha, sedang atau sudah jalan. 

Adanya NES kemudian coaching bagi alumni itu seberapa penting?
Inti dari semua yang kita lakukan sebenarnya kita ingin aspek kegiatan bisnis masuk di dalam LPNU baik itu bersifat partnership atau partisipasi dengan membuat semacam MOU. Konsekuensinya beda-beda dari yang sekadar partnership dan yang mengambil komitmen lebih tinggi. 

Dengan langkah tadi, target besarnya apa?
Harapan kita sebenarnya tidak muluk-muluk. Apa yang selama ini dinikmati orang lain tentang keuntungan ekonomi, itu yang harus kita ambil alih. Kita mulai paling kecil dari snack, produk, sumberdaya, selama ini dinikmati oleh orang lain semua. Bahkan ziarah, dari atribut, aksesoris sampai makan, keuntungannya dinikmati orang lain. NU Trans yang sudah kita mulai termasuk pelayanan dari A sampai Z kita mulai semua.

Tantangannya bagaimana?
Dalam jangka panjang yang kita masih butuh bimbingan dari Jakarta  atau karena kita di Jawa Tengah, minimal dari Jawa Tengah. LPNU Sragen berpikir bisa nggak kita memiliki lembaga keuangan yang bisa dikelola LPNU. Ini menjadi sesuatu yang menarik, kalau lembaga keungan kita tidak seperti yang selama ini ada.

Mengapa perlu ada lembaga keungan?
Kami punya bayangan bahwa perputaran ini semua harus ada yang meng-cover. Baik itu bentuknya BMT, yang penting jelas nggak tingkat komitmennya. BMT Sekarang ini belum diterima masyarakat. Masih sebatas meminjam.

Seharusnya seperti apa?
Harus ada kerja sama, sisi lain membiayai. Bank syariah sekadar akad saja, nggak sekadar akad harusnya. Ada timnya meskipun ini bukan pekerjaan mudah. Taruhlah belajar dari Magelang (LPNU Sragen pernah studi banding ke Magelang terkait Internet Marketing Nahdlatul Ulama) anak-anak dituntut laporan, rugi atau untung harus laporan via android. Ini untuk evaluasi teman-teman untuk perbaikan dalam upaya usaha ini.

Juga teman-teman LPNU punya pandangan ini kalau diterima dengan baik oleh jamaah sebenarnya ada konsep bimbingannya. Konsep bimbingan  dimulai dari identifikasi; kamu punya usaha apa, posisinya seperti apa. Kalau ada masalah, masalahnya seperti apa. Kita harus siap coaching di situ.

Langkah-langkah tersebut dianggap perlu?
Timbal balik ini menurut saya sisi lain Koin NU, kegiatan nyata terkait dengan ekonomi. Koin NU itu uangnya jamaah dan itu dari pandangan saya tidak bijak kalau tidak ada nilai produktivitasnya. 

Upaya yang sudah atau sedang dirancang LPNU untuk menambah nilai produktivitas, apakah ada?
Beberapa bulan terakhir kita belajar di LPNU Magelang, yang punya desa tiga bahasa. Dalam waktu dekat kami ingin menduplikasi teori dan beberapa kerja lapangannya karena Magelang punya kegiatan salah satunya wisata.

Lalu lewat IMNU menyinergikan antara siswa yang kita didik dengan bapak-bapak yang membuat produk yang ada problem di marketing. Ada sinergis di situ. Di satu sisi kita bisa menolong kawan-kawan yang masih menganggur, satu sisi membuat optimal produksi hasil jamaah yang sudah ada. 

Kendalanya seperti apa?
Problem klasiknya persoalan mental yang harus kita sabari (hadapi dengan sabar). Kalau persoalan ini diselesaikan, akan ada banyak hal yang bisa diselesaikan. Contoh sederhana, LPNU punya NU Trans. Warga bertanya, "Itu bisa lebih murah tidak?" Padahal dengan menggunakannya, kita berkontribusi untuk NU. Bahwa itu besok besar, saya kira kita bisa berikan pelayanan yang lebih baik.