Wawancara

Perkembangan Islam di Timur Tengah Cukup Berpengaruh di Indonesia

Senin, 27 November 2006 | 12:38 WIB

Dunia yang telah menjadi desa global telah menyebabkan sebuah ideologi atau ajaran dapat menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru dunia. Tumbuhnya berbagai kelompok Islam baru yang muncul bak jamur di musim hujan tersebut menggambarkan dinamika dari pertarungan ideologi yang ada di dunia. Bagaimana sebenarnya hubungan perkembangan ajaran Islam di Timur Tengah dan pengaruh penyebarannya di Indonesia, berikut ini wawancara Mukafi Niam dari NU Online dengan sosiolog dari LIPI Dr. Endang Turmudi yang juga sekretaris jenderal PBNU beberapa waktu lalu.

<>

Sejauh mana pengaruh perkembangan Islam di Timur Tengah mempengaruhi gerakan Islam di Indonesia

Kalau melihat sejarahnya, paling tidak ada beberapa bagian Islam di Indonesia yang terpengaruh. Sejak awal yang berkembang pertama kali tradisionalisme, Islam sunni yang menghargai tradisi, kemudian di tahun awal-awal abad 20 muncul gerakan Wahabi, muncullah diantaranya gerakan Muhammadiyah. Sekarang pengaruhnya berupa Wahabi baru, yang dibawa anak-anak yang habis kuliah dari Timur Tengah.

Mereka membawa warna baru ketika di Timur Tengah juga ada warna baru, misalnya dalam 20 tahun terakhir ini, muncul gerakan-gerakan agak keras yang tetap terinspirasi Wahabi, muncullah Hizbut Tahrir atau Salafy yang sifatnya juga internasional. Ini juga berimbas ke kita.
 
Di bebeapa daerah, Saya pernah diceritain oleh Bapak Taufik Abdullah, yang menceritakan gerakan-gerakan di Minangkabau sudah dipengaruhi oleh gerakan-gerakan dari sana.

Sekarang ini kecenderunganya gimana?

Oh saya kira sekarang lebih kuat, komunikasi lebih gampang, akses pada faham yang dikembangkan lebih gampang sehingga pengaruhnya lebih cepat, dan ini saya kita tetap ada. Mungkin nanti akan ada antithesanya, selalu begitu.

Indonesia pada awalnya menganut tradisionalisme, ini warisan yang dibawa oleh para pendakwah awal Islam. Jadi yang berkembang adalah islam yang dari sisi budaya sinkretis. Nah ketika muncul gerakan Muhammadiyah yang ingin menghapus kecenderungan itu, memang sebagian terpengaruh, tapi kemudian dikontrol oleh kehadiran NU yang melanggengkan topologi budaya seperti yang bertahan dan berkembang secara natural.

Mereka kan anak-anak muda yang penuh semangat, ini kan menimbulkan potensi konfliknya, terus bagaimana?

Memang, munculnya kelompok baru itu memang agak mengusik keberadaan kelompok seperti NU, termasuk juga Muhammadiyah, karena orang baru yang terlibat dalam gerakan Wahabi ini cukup militan, dalam artian mereka merasa paling benar, saya sudah mendapat informasi tentang munculnya konflik-konflik di tingkat lokal. Saya punya kawan di LIPI yang jadi takmir masjid di kompleknya, ia sudah terbiasa dengan tradisi, di masjidnya ada kaligrafi, tiba-tiba ada orang baru yang mengharamkan kaligrafi dipasang di masjid sehingga akhirnya berantem.

Kalau saya menyarankan kepada warga NU untuk bersikap arif, lawan dengan hujjah Sebab banyak dari mereka yang memiliki semangat tinggi, yang ingin semuanya membidahkan itu hujjahnya lemah.

Revitalisasi semangat dakwah wali songo bagaimana, disini peran NU?

Kita kan memang memiliki prinsip-prinsip dengan mengembangkan syiar Islam sebagaimana seharusnya, tapi kita menghargai tradisi dan pandangan-pandangan berbeda yang dimiliki masyarakat lokal, pola yang akomodatif, kalau kita ingin melihat dari sejarah, wali songo berhasil mengembangkan syiar Islam.

Memperkenalkan Islam, apalagi dengan orang yang bukan Islam kan harus bil hikmah betul, bukan hanya rasionalitas saja yang diperlukan, tetapi  kepandaian, atau cara-cara berdakwah yang dilihat orang. Kalau belum-belum semuanya sudah dilarang bagaimana? Padahal Islam tidak begitu, ya hanya ada bebeapa yang tidak boleh.

Tapi disisi lain kita kan juga menghadapi ancaman liberalisme yang datang dari Barat, selain konservatifme yang datang dari Timur Tengah?

Ya, itu memang dinamika budaya yang terjadi, disatu sisi kita menghadapi tantangan Islam yang bercorak hitam putih, tapi disisi lain kita juga menghadapi ancaman liberalisme. Ya itu, kalau menurut saya, kita harus kembali pada pedoman-pedoman yang kita anut yang kita punya, kita kan sudah punya, baik untuk melawan yang terlalu hitam putih, yang semuanya tidak boleh, atau menghadapi kalangan liberal yang membolehkan semuanya. Islam kan agama yang disamping memerlukan rasionalitas ada juga bagian agama yang tidak bisa dirasionalkan, katakanlah sholat shubuh 2 rakaat, ya g