1000 Hari Berpulang, Nyai Azizah Ma’shum Lasem Terus Dikenang
Sabtu, 22 Agustus 2020 | 05:00 WIB
Kudus, NU Online
Nyai Hj Azizah Ma’shum telah berpulang ke rahmatullah lebih kurang tiga tahun silam. Hingga 1000 hari wafatnya, kisah kasih-sayangnya terus dikenang. Tak hanya oleh para santri yunior, namun juga para santri senior yang beliau gembleng langsung hingga menjadi guru di pesantren yang beliau wariskan.
Kisah teladan Nyai Azizah diceritakan oleh para santri yang kini jadi pengajar di Pesantren Al-Hidayat Lasem, Rembang, Jawa Tengah, dalam ragam testimoni yang disampaikan pada peringatan 1000 harinya. Peringatan itu diisi pembacaan Asmaul Husna, khataman Al-Qur’an, tahlilan, dan doa.
Usai doa, para santri almarhumah Nyai Azizah secara bergantian memberi testimoni tentang sosoknya sebagai guru teladan. Mereka berbagi kisah inspiratif yang pernah diteladankan putri Mbah Ma'shum Lasem itu. Acara yang disiarkan langsung melalui instagram Al-Hidayat Lasem ini digelar Jumat (21/8) malam.
Pengasuh Pesantren Al-Hidayat Lasem, H Affan Murtadi, dalam sambutannya menceritakan, Nyai Hj Azizah merupakan sosok yang sangat dermawan. Kedermawanan beliau dapat dirasakan bahkan hingga menjelang kepulangannya menghadap ilahi.
“Saat Mbah Zah kritis dan keadaan beliau sudah lemas, karena banyak tamu yang datang, beliau masih meminta saya untuk ngurusi tamu-tamu itu. Sungguh beliau sangat menghargai tamu,” jelas Gus Affan.
Salah seorang ustadz yang sempat menjadi santri Al-Hidayat Lasem, Imam Suhadi, juga menceritakan sosok Nyai Hj Azizah sebagai sosok yang memiliki belas kasih begitu tinggi.
“Mbah Azizah itu Bu Nyai yang tidak takut jatuh miskin. Beliau sudah sampai pada level pemberi. Tangannya tidak pernah digenggam. Uang hanya sekedar lewat di tangan beliau,” terang Cak Im, sapaan akrabnya.
Suatu ketika, lanjut dia, datang seorang pengemis. Nyai Hj Azizah menyuruh pengemis itu untuk menunggu beberapa saat. Sebab, ia akan dikasih beras satu karung. Ternyata beras di gudang habis. Nyai Hj Azizah pun bingung. Di tengah kebingungan itu, datanglah seseorang yang memberikan beras satu karung.
“Saat ditanya, katanya orang itu datang karena disuruh mengantarkan beras ke pondok. Lalu, Mbah Nyai meminta santrinya untuk mengejarnya. Anehnya, orang itu tak terkejar. Hilang entah ke mana. Akhirnya, beras itu bisa diberikan kepada pengemis tadi. Memang, Mbah Azizah ini luar biasa,” ungkap Cak Im.
Ia menambahkan, wujud kasih sayang Nyai Hj Azizah di antaranya senang mengumpulkan para janda, yatim, fakir, dan miskin untuk diberi bantuan. Selain itu, saat bepergian Nyai Hj Azizah sering berhenti di jalan ketika melihat orang berjualan untuk membeli dagangannya, seperti kayu, garam, dan rumput.
Kisah lain yang tak kalah menarik juga diceritakan oleh Ustadz Hanif Hakim. Nyai Azizah, kata dia, adalah sosok yang senang menggandakan tulisan. “Mbah Zah itu senang sekali memfotokopi. Tidak hanya sekedar ijazah doa-doa yang akan dibagikan kepada tamu dan alumni,” ungkapnya.
“Namun, beliau juga sering menyuruh saya untuk fotokopi nomor HP dokter langganan beliau untuk diberikan kepada orang-orang agar kalau sakit bisa segera sembuh. Begitu pedulinya beliau kepada orang-orang,” kenangnya.
Pantauan NU Online, acara ini diikuti langsung oleh sejumlah santri, alumni, dan para ustadz-ustadzah di Pesantren Al-Hidayat Lasem. Sementara yang di luar Lasem memantau melalui live streaming Instagram.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori