Mimika, NU Online
Salah satu amalan NU yang melegenda, khususnya di Jawa, adalah haul, yakni peringatan wafatnya tokoh yang patut diteladani. Amalan ini tidak populer di luar Jawa, seperti di Mimika Papua. Meneladani ulama atau tokoh yang jarak hidupnya dekat, bahkan sempat bertemu, merupakan cara efektif untuk meneladani Rasulullah. Bagaimana kita bisa meneladani Rasul jika tidak lewat pewarisnya, yakni ulama.
Hal inilah yang dirintis PCNU Mimika dalam menyambut Harlah ke-96 NU dengan menggelar haul salah satu muassis (pendiri) NU, yakni KH Bisri Syansuri, adik ipar KH A Wahab Hasbullah dan santri sekaligus besan KH M Hasyim Asy'ari. Acara yang bertepatan dengan tanggal lahir NU ini digelar pada Senin (31/1/2022) di kantor PCNU Mimika.
“Kegiatan haul ini kami isi dengan khataman sebagai usaha untuk menjadikan kantor PCNU pusat kegiatan dan rumah bersama warga NU Mimika. Kita sudah susah susah bangun kantor maka harus kita gunakan dengan menggelar kegiatan Ke-NU-an secara intensif,” harap Ketua PCNU Mimika, Imam Mawardi dalam rilis yang diterima NU Online.
Menurut dia, acara haul diusahakan melibatkan semua elemen sehingga pelaksanaan khataman mulai pagi hari usai Subuh hingga malam hari tanggal 31 Januari.
“Terima kasih untuk semua peserta khatmil Qur'an khususnya dari Rijalul Ansor, Fatayat, pesantren, kiai, ustadz dan jamaah istighotsah dan warga NU Mimika, yang bisa menyelesaikan lebih cepat dari rencana. Ini luar biasa sekali sehingga ba'da Magrib bisa menggelar acara tambahan tak terencana, Maulid Dziba',” terang ketua panitia, Sugiarso.
Selesai doa Maulid Dziba' oleh H Fadlan dilanjutkan dengan pembacaan doa khatam oleh Wakil Rais Syuriyah PCNU Mimika, Ustadz Hasyim Asyari, dan tahlilan oleh Ustadz Muhammad Nafi'.
“Malam ini kita mari meneladani Mbah Bisri dalam kiprahnya di NU. Mbah Bisri-lah yang merumuskan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang sesuai syariat Islam asli karya ulama NU dan memperjuangkannya dengan luar biasa di DPR hingga akhirnya disahkan menjadi UU,” terang Sugiarso.
Pria yang juga Wakil Ketua PCNU Mimika ini membacakan manakib Mbah Bisri, buku karya KH Abdussalam Shohib, cucu Mbah Bisri sendiri, berjudul KH Bisri Syansuri, Tegas Berfikih, Lentur Bersikap.
Salah satu pesan KH Bisri sangat tepat untuk direnungkan dan dijiwai dalam momen harlah ini. Pesan itu tertuang dalam Majalah Aula edisi April 1980 halaman 21.
“Kita koreksi diri kita sendiri. Sudahkah bersih hati kita terjun dalam perjuangan NU? Apakah hati kita masih terbetik niatan untuk mendapatkan porsi jabatan lewat NU? Sudahkah kita sepi ing pamrih rame ing gawe? Sudahkan hilang noda dalam hati kita, hanya aktif kalau ada rencana perubahan pengurus? Sesudah dapat tempat tak hendak kerja? Sudahkan hati kita bersih dari niatan aktif, karena pemilu sudah diambang pintu? Dua-duanya menyangkut 'ayat' kursi. Makanya KH Syamsuri Badawi pernah berkata, Justru 'ayat kursi' itulah yang membawa perpecahan,”kata Wakil Ketua PCNU Sugiarso, saat pembacaan pesan KH Bisri.
Tiga harlah jadi satu
Sehari sebelumnya, Ahad 30 Januari juga diadakan peringatan Harlah ke-96 NU dirangkai Harlah Ketiga Pondok Pesantren Darussalam Mimika (PPDM), juga harlah Ketua Pengurus PPDM, Sugiarso di masjid Nurul Hikmah.
“Tumpeng ini dengan niat tiga harlah dan niat ngaji Ahad Legi Pagi. Saya buat ini supaya menjadi contoh untuk berpikir sinergis dan kolaboratif jika ada amalan yang berbarengan dari terasa berat. Warna tumpeng ijo melambangkan jiwa dan hati ketiganya sama, seiya sekata,” terangnya lebih lanjut.
Menurut dia, akan repot sekali jika tiga harlah diadakan sendiri-sendiri. Dari sisi waktu, tenaga, biaya dan sumber daya lain pasti lebih banyak. “Mari kita biasakan memperbanyak niat baik untuk satu kegiatan,” harapnya.
Istighotsah untuk muassis dan kejayaan NU, negara, dan pondok digelar secara khusyuk dipimpin H Fadlan. Dilanjutkan dengan pengajian kitab Nashaihul Ibad oleh Ustadz Hasyim.
“Mari kita niatkan ngaji kita kali ini untuk ngurip-urip ngaji kitab. Karena ini sebagai ciri khas NU. Di hari lahir NU seperti ini mari kesadaran ber-NU kita semakin baik,” ajaknya.
Acara diakhiri dengan potong tumpeng nasi hijau mengingat hijau adalah warna merek NU.
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Musthofa Asrori