Kiai Fathor Rosyid saat memberikan taushiyah di pelantikan PR GP Ansor Gro'om. (Foto: NU Online/Hairul Anam)
Pamekasan, NU Online
Suatu waktu, puluhan pasang mata memperhatikan seorang kiai. Itu saat sang kiai hadir dalam sebuah tahlilan dan yasinan. Tidak sedikit yang menggurutu.
Saat membaca Yasin, sang kiai menatap handphone (HP) Android yang dipegangnya. Hal itu dilakukan dari awal hingga pembacaan surah Yasin berakhir.
"Saya dan masyarakat sempat keliru memahaminya. Saya hanya bertanya kok bisa-bisanya seorang kiai yang menjadi panutan di daerahnya, malah melihat HP di kala yang lain baca Yasin," ungkap Kiai Fathor Rosyid, Ketua MWCNU Proppo, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, saat memberikan tausyiah di pelantikan Pengurus Pengurus Ranting (PR) GP Ansor Gro'om, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Rabu (5/2) malam.
Semula Kiai Fathor menilai sang kiai sedang memberikan contoh yang kurang terpuji. Seharusnya, tambah Kiai Fathor, HP diletakkan dalam kondisi off atau silent di kala berada dalam sebuah acara, apalagi acara tersebut berkenaan dengan amaliyah an-nahdliyah.
"Kami semua satu suara betapa tindakan sang kiai keliru. Namun, kami tidak ada yang berani menegurnya," ungkap Kiai Fathor tanpa menyebut nama sang kiai yang dimaksud.
Kiai Fathor tidak mau terjebak pada buruk sangka. Dia pun berusaha untuk lebih cermat melihat sesuatu yang secara akal kurang baik.
"Setelah saya cermati lebih seksama, astaghfirullah kami telah melakukan kesalahan. Selama yasinan berlangsung, sang kiai sejatinya membaca teks surah Yasin secara fokus yang tertera di HP-nya. Kala itu masih belum banyak yang mengenal HP Android, termasuk saya. Hati saya sesak dan beristifgfar atas kesalahpahaman tersebut," ungkap Kiai Fathor penuh penyesalan.
Dari pengalaman tersebut, Kiai Fathor mengambil hikmahnya. Yakni, jangan mudah mengambil kesimpulan atas apa yang dilihat dan yang didengar.
"Jangan pernah menilai kinerja kepengurusan di atas. Sebab, mereka dihadapkan dengan dinamika kehidupan yang berbeda dengan kepengurusan di bawah. Persoalan yang dihadapi PBNU, tentu tidak bisa disikapi dengan sudut pandang PWNU maupun PCNU, apalagi setingkat MWCNU dan PRNU," tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Kiai Fathor juga menekankan agar Barisan Ansor Serba Guna (Banser) dan kader Gerakan Pemuda Ansor secara umum, tidak malu menunjukkan identitas dirinya.
"Baju Banser atau Ansor, perseringlah dipakai. Minimal membuat kita malu untuk berbuat dosa. Sebab, sedang memakai almamater mulia," tukasnya.
Kontributor: Hairul Anam
Redaktur: Aryudi AR