Daerah

Jimat, Keributan Berbuah Pengajian Antarkampung

Ahad, 18 November 2012 | 02:58 WIB

Subang, NU Online
Ngaji malam Jumat atau biasa disebut Jimat di Kecamatan Patokbeusi, Kabupaten Subang, Jawa Barat, ternyata berawal dari keributan antar-warga tetangga kampung.
<>
Menurut H. Odeng Setiawan, pembina Jimat, keributan sampai baku hantam dan menimbulkan korban. Kedua belah pihak berakhir di kepolisian.

“Saya termasuk orang yang menangani kasus tersebut. Ternyata yang ribut itu masih saudara,” katanya kepada NU Online, Jumat, di Patokbeusi, (16/11).

Dari kejadian tersebut, H. Odeng menyimpulkan sesama saudara saja, kurang silaturahim. Bersama tokoh lain yang prihatin, muncul pemikiran untuk menjalin hubungan terus-menerus antar-kampung. Wujud dari pemikiran itu digelar pengajian keliling.

“Mulanya hanya enam kampung, sekarang sudah delapan kampung,” ungkapnya.

Rute pengajian antar-kampung itu dimulai dari kampung Wangun, Tegal Koneng, Bakan Jati, Bakan Kiara, Pintu, Jalupang, Sengon, Pasir Hurip.

Format pengajian Jimat adalah tanya jawab masalah fiqih keseharian, mulai dari air, wudhu, hingga shalat. Didaulat sebagai narasumber tetap adalah KH Thola Al-Badar Karim, Ketua MWC NU Kecamatan Patokbeusi dan juga pengasuh Pesantren Al-karimiyah.

Sebelum dimulai pengajian, digelar tawasulan atau pembacaan doa kepada leluhur para hadirin. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaaan shalawat nabi.

Dalam pengajian yang dihadiri antara 100 hingga 150 orang tersebut selalu disuguhkan makanan. “Jamaah tidak dimintai pembayaran untuk makanan. Itu hanya inisiatif warga saja,” ujar H. Dayat, Bendahara Jimat.

Dari silaturahim pengajian tersebut muncul kegiatan-kegiatan lain,misalnya di Wangun, warga masyarakat digerakkan untuk membersihkan kali. Rencana yang terdekat adalah doa bersama pada tanggal 10 Muharam mendatang. Di samping itu, akan memberikan santunan kepada 60 anak yatim.

Redaktur : Hamzah Sahal
Penulis    : Abdullah Alawi


Terkait