Keluhan Para Petani Jelang Panen di Musim Hujan: Area Persawahan Banjir dan Padi Dimakan Tikus
Sabtu, 7 Desember 2024 | 19:00 WIB
Para petani sedang menanam padi di area persawahan Dukuh Kelingan pada Sabtu (7/12/2024). Foto (NU Online/Solkan)
Pati, NU Online
Para petani di Pati, Jawa Tengah, menyampaikan berbagai keluhan saat menjelang panen di musim hujan yang mulai datang.
Sumadi, petani di Dukuh Kelingan, Desa Purworejo mengeluh karena padinya diserang tikus menjelang panen. Hal ini sangat merugikannya sebagai petani.
Menurut Sumadi, tikus-tikus menyerang saat padi mrapu atau mulai menguning siap panen. Bagian atas yang berupa biji-bijian padi menjadi sasaran tikus.
“Saat padi mrapu dimakan tikus bagian atas tanaman atau padi-padinya, tinggal gagang bawahnya yang tersisa,” keluh Sumadi saat ditemui NU Online di pinggir area persawahan Dukuh Kelingan, di Jalan Purworejo, Pati pada Sabtu (7/12/2024).
Ia mengisahkan penderitaan warga di daerahnya akibat area persawahan dilanda banjir yang membuat padi membusuk. Kini, area persawahan itu kembali ditanami padi dan lagi-lagi diserang oleh hama tikus.
Akibat hama tikus itu, Sumadi menderita kerugian yang cukup besar, karena sawah satu hektar hanya menghasilkan 25 karung padi. Padahal kalau panen dalam kondisi normal, ia bisa menghasilkan 5-6 ton padi dengan asumsi 1 ton sebanyak 12 karung padi.
“Masalahnya di sini itu tikus dan banjir,” kata Sumadi.
Ia menyebut bahwa setiap tahun, warga Dukuh Kelingan biasanya menanam padi sebanyak tiga kali dan sekali periode akan menanam kacang hijau.
“Bulan Januari hingga Februari biasanya banjir. Kalau tidak ada banjir panennya tiga kali,” ujarnya.
Ia berharap agar tanaman padinya dapat tumbuh dengan subur hingga dipanen dan terhindar dari hama tikus juga banjir.
“Harapannya agar tidak terserang hama tikus dan banjir, lebih-lebih ada perhatian pemerintah berupa bantuan,” harapnya.
Baca Juga
Petani dan Kemenangan
Berbeda dengan Brojol, seorang petani di Dukuh Sampang, Desa Tondomulyo, Jakenan, Pati. Ia mengungkapkan bahwa tanaman padinya cukup aman dari hama tikus, meskipun tidak secara keseluruhan.
Namun ia justru mengeluhkan gangguan burung yang bergerak memakan biji-biji tanaman padi yang siap dipanen.
Pada periode tanam hingga panen kali ini, ia tidak menemui kendala yang berarti dalam memenuhi barang-barang untuk merawat dan menumbuhkan padi yakni pupuk, obat-obatan, hingga air untuk mengairi sawah.
Brojol mengelola sawah seluas 2,5 hektar, dan 1 hektar di antaranya merupakan sawah dari menyewa orang selama setahun.
Dari sawahnya yang seluas 1,5 hektar, ia berhasil menghasilkan padi 8 ton. Sementara dari sawah hasil menyewa masih dalam pertumbuhan dan menunggu dipanen.
“Harga jual padi hasil panen per kilogram dihargai Rp6.800 hingga Rp6.900 tergantung padinya. Menurut saya itu cukup, tapi menurut orang-orang itu kurang, karena biasanya bisa mencapai Rp7000 lebih,” jelasnya kepada NU Online, di tepi area persawahan Dukuh Sampang.
Saat ini, warga Dukuh Sampang sedang merayakan musim panen setelah pada awal tahun kemarin merasakan hal yang memilukan. Sebab area persawahan dan permukiman dilanda banjir selama berminggu-minggu yang mengakibatkan tanaman padi membusuk dan aktivitas warga terganggu.
Ia mempunyai harapan untuk pemerintah agar menyediakan pasokan pupuk yang cukup dengan harga terjangkau dan irigasi yang memadai,
“(Dan) harga padi yang stabil,” harapnya.