Ketua LTNNU Kalbar Ungkap Tantangan Komunikasi Islam di Era Digital
Senin, 19 Desember 2022 | 22:00 WIB
Ketua LTNNU Kalbar Prof Ibrahim saat menyampaikan orasi ilmiah dalam acara pengukuhan Guru Besar di IAIN Pontianak, Senin (19/12/2022). (Foto: Humas IAIN Pontianak)
Pontianak, NU Online
Ketua Pengurus Wilayah Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (PW LTNNU) Kalimantan Barat, Prof Ibrahim, mengatakan bahwa era digital telah mengubah segalanya menjadi mudah serta tidak ada lagi pekerjaan yang rumit dan sulit dengan teknologi digital. Tetapi, era komunikasi digital telah mengabaikan sekat sosial dan nilai budaya dalam waktu yang sama.
“Era digital telah mengikis nilai-nilai sosial kemanusiaan dari budaya komunikasi luhur (lokal) yang selama ini menjadi pegangan. Bahkan, melintasi batas norma sosial dan budaya yang selama ini menjadi panutan bersama,” ungkapnya saat menyampaikan orasi ilmiah dalam acara pengukuhan Guru Besar di IAIN Pontianak, Senin (19/12/2022).
Dengan fenomena tersebut, menurut dia, setidaknya ada lima tantangan yang mesti disadari dan dihadapi dengan penuh kesadaran untuk upaya transformasi komunikasi Islam hari ini.
Pertama, penguasaan media. Prof Ibrahim mengatakan bahwa media menjadi sumber kekuatan dan kekuasaan dalam banyak aspek hidup manusia modern. Siapa menguasai media, maka ia akan menguasai dunia. Demikian pepatah yang berlaku hari ini.
“Ketika media menjadi alat kepentingan dalam komunikasi era digital hari ini, pelaku dakwah dan komunikasi Islam mengambil peran ini dalam bentuk penguasaan akses atau bahkan teknologi media,” ungkapnya.
Ia menambahkan, pesatnya transformasi media komunikasi berbasis jaringan internet seakan memaksa pendakwah untuk bersedia mengambil peran komunikasi Islam yang maksimal di dalamnya dalam jargon ‘dakwah bil internet’.
Kedua, melek teknologi. Di era keserbaan teknologi media, era di mana media menjadi kunci sentral dalam setiap aspek hidup dan kehidupan manusia modern, Prof Ibrahim mengatakan kemampuan teknis dalam menggunakan media menjadi suatu hal yang mutlak.
Baca Juga
Gus Mus dan Fenomena Kiai Era Digital
“Di sinilah para pendakwah dan komunikator Islam dituntut untuk memahami cara kerja teknologi media (melek teknologi). Mampu menjadi pengguna yang baik dan cerdas,” tandasnya.
Transformasi komunikasi
Ia mengatakan, apalah artinya kehadiran teknologi media yang berlimpah, penguasaan dan pemahaman ilmu agama yang luas, tapi tidak mampu melakukan transformasi komunikasi melalui media yang ada. Menurut dia, itulah yang menjadi tantangan sebagian besar dai dan komunikator Islam hari ini.
Ketiga, inovasi dakwah media. Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan media, kata Prof Ibrahim, juga telah turut mendorong perubahan gaya hidup sebagian besar masyarakat. Perubahan tersebut juga berimbas pada pergeseran minat, perhatian, dan kebiasaan hidup kesehariannya. Termasuk dalam memilih konten-konten media yang diikutinya.
Baca Juga
Peluang dan Tantangan NU di Era Digital
“Mampukah para dai dan dan komunikator Islam membuat inovasi pesan dakwah dan komunikasi yang menarik, kontekstual, dan bersentuhan langsung dengan persoalan keumatan yang terjadi hari ini,” ujarnya seraya bertanya.
Komunikasi dakwah menurut Prof Ibrahim, tidak lagi sekedar orasi, ceramah, dan pengajian secara konvensional semata, melainkan eksis di media dakwah modern.
Keempat, filterisasi pesan media. Kehadiran media selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 30 hari dalam sebulan dan seterusnya, membawa beragam pesan ke telinga, mata, dan ruang sosial hidup dan kehidupan umat.
Menurut Prof Ibrahim, semua nilai dan pesan ada di dalamnya. Termasuk pesan-pesan yang liberal, sekuler yang jauh dari tatanan nilai kesopanan, kesantunan, etika dan budaya yang diajarkan dalam keluarga muslim.
“Di sinilah pesan-pesan dakwah dan komunikasi Islam mesti ditanamkan kepada generasi muda dan umat sebagai upaya membentengi diri (filterisasi) dari pesan-pesan liberal dan sekular media, dengan cara dan metode apapun,” ungkapnya.
Reformasi pesan dakwah
Kelima, reformulasi pesan dakwah media. Pria yang juga Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kalbar itu mengatakan, komunikasi dan dakwah di era transformasi media digital memerlukan berbagai bentuk terobosan dan formulasi, sehingga sesuai zaman.
“Reformasi pesan dakwah menjadi tantangan tersendiri dalam melahirkan dakwah dan komunikasi media yang baik dan efektif hari ini. Sebab dalam komunikasi, kemerdekaan memilih dan menggunakan media ada di tangan penggunanya, sebagaimana dalam teori use and gratification,” ujarnya.
Menurut dia, jika pesan dakwah tidak mampu diformulasikan dengan baik dan sesuai dengan kecendrungan dan harapan khalayak, maka ia tidak akan pernah dipilih untuk diakses. Dengan begitu, pesan dakwah tidak akan pernah sampai kepada umat.
“Ini juga tantangan yang tidak kalah beratnya bagi gerakan dakwah dan transformasi komunikasi Islam,” imbuh Prof Ibrahim.
Kontributor: Siti Maulida
Editor: Musthofa Asrori